Jumat, 20 September 2013

KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR




KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR
Oleh:
UMI MUKAROMAH
 

A.    Ayat dan Terjemahannya
1.      Q.S. Al-Alaq: 1-4
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
2.      Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-20
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
3.      Q.S. Al-Taubah: 122
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (122)
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

4.     Q.S. Ali Imran: 190-191
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
B.     Penjelasan Isi Tafsir Ayat
1.      Q.S. Al-Alaq: 1-4
Tafsir ayat 1:
Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.
Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhlukNya dari tidak ada kepada ada, sanggup menjadikan Nabinya pandai tanpa belajar.
Tafsir ayat 2:
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia: yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada dibumi ini serta mendudukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya dan dia berkuasa pula menjadikan insan kamil diantara manusia, seperti Nabi SAW yang pandai membaca walaupun tanpa belajar.
Tafsir ayat 3:
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali NabiNya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ulangi dan membiasakannya, maka seakan-akan perintah mengulangi bacaan itu berarti mengulang-ulangi bacaan yang dibaca dengan demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jiwa Nabi SAW. Nabi SAW dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta kepada-Nya, maka dengan limpahan karunia-Nya dijadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keudzuran Nabi SAW yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca: “Saya tidak pandai membaca karena saya seorang buta huruf yang tak pandai membaca dan menulis”.[1]
Tafsir ayat 4
Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah mengajari manusia dengan perantara qolam. Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia sekalipun letaknya saling berjauhan. Oleh sebab itu Zat Yang Menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi- sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan Nabi Muhammad bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran.[2]
2.      Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-20
Tafsir:
Dalam ayat-ayat ini dalam bentuk pertanyaan Allah mengungkapkan bahwa apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan-Nya, unta yang berada didepan mata mereka pergunakan pada setiap waktu. Dan bagaimana pula langit yang berada ditempat yang tinggi dengan tidak bertiang, bagaimana gunung-gunung dipancangkan dengan kokoh, tidak bergoyang sehingga mudah didaki setiap waktu dan dijadikan petunjuk bagi orang yang dalam perjalanan terdapat diatasnya danau-danau dan mata air yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia dan mengairi tumbuh-tumbuhan dan memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi dihamparkan memberi kepada penghuninya untuk memanfaatkan apa yang ada diatasnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia memperhatikan bagaimana Tuhan menciptakan makhluk-makhluk-Nya. Sehingga mereka mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan mereka kembali pada hari kiamat nanti.[3]
3.      Q.S. Al-Taubah: 122
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kewajiban menuntut ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu-ilmu agama islam, yang juga merupakan salah satu cara dan alat dalam berjihad. Menuntut ilmu serta mendalami ilmu-ilmu agama, juga merupakan suatu perjuangan yang meminta kesabaran, pengorbanan tenaga dan harta benda serta bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agam islam, agar disebar luaskan dan dipahami oleh segala macam lapisan masyarakat.[4]
4.      Q.S. Ali Imran: 190-191
Dalam ayat ini terkandung pelajaran untuk orang-orang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, selalu mengharapkan kepada Allah dengan pujian dan do’a, sesudah ia melihat bukti-bukti yang menunjukkan kepada keindahan hikmah, ia pun luas pengetahuannya tentang detail-detail alam semesta yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya.[5]
5.      Pembahasan
1.      Asbab Al-Nuzul
a.       Q.S. Al-Alaq: 1-4
b.      Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-20
c.       Q.S. Al-Taubah: 122
d.      Q.S. Ali Imran: 190-191

2.      Munasabah
3.      Muqaranah Al-Ayah
a.       Q.S. Al-Alaq: 1-4
Dalam ayat-ayat ini dijelaskan bahwa syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam belajar adalah dengan membaca. Membaca yang dimaksud disini bukan hanya membaca ayat-ayat qauliyah tetapi juga membaca ayat-ayat kauniyah.
b.      Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-20
Pada ayat surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20 menjelaskan bahwa setelah kita belajar membaca kita diperintahkan untuk berfikir sambil melihat fenomena alam yang ada.
c.       Q.S. Al-Taubah: 122
Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang islam dalam menuntut ilmu tidak hanya berkutat satu bidang ilmu saja, tetapi dapat mempelajari tiap bidang ilmu secara merata.
d.      Q.S. Ali Imran: 190-191
Allah menciptakan alam semesta pasti memiliki tujuan. Dan Allah menganugerahi akal dan pikiran agar manusia dapat memikirkan dan merenungkan alam semesta. Dan Allah meninggikan derajat orang-orang yang mau berpikir. Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan tentang keesaan Allah, yaitu adanaya aturan yang dibuat-Nya serta karunia dan berbagai manfaat yang terdapat didalamnya. Hal ini memperlihatkan kepada fungsi akal sebagai alat untuk mengingat dan berpikir.[6]

e.       Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA



[1] Tim Tashih Departemen Agama, Alqur’an dan Tafsirnya Jilid X, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990), hlm. 749-750.
[2] Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 30, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), hlm. 347.
[3] Tim Tashih Departemen Agama, op.cit., hlm. 687-688.
[4] Tim Tashih Departemen Agama, Alqur’an dan Tafsirnya Jilid IV, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1990), hlm. 278.
[5] Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 4, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1993), hlm. 292.
[6] DR.H.Abuddin Nata, MA., Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 132.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar