Kamis, 16 Januari 2014

TEKNIK PENULISAN BUKU ILMIAH



MAKALAH
TEKNIK PENULISAN BUKU ILMIAH

Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Karya Tulis Ilmiah
Yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI

Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg

Oleh:
                                                   Umi Kulsum                            123111156
                                                   Umi Mukaromah                     123111157 
                                                   Wafin Agitya Pratama              123111158
                                                   Atmimil Khusnayaini                123111161
                                                   Ulfa Hidayatun Nafi’ah            123111179

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2013
I.       PENDAHULUAN
Menulis merupakan salah satu sisi dari keterampilan berbahasa. Seorang penulis harus memiliki banyak pengalaman dan kosakata. Penulis harus mampu membahasakan pengalamannya dengan memilih kosakata yang tepat dan merangkainya secara baik dan benar, sehingga dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah disamping harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmu, bertukar pikiran, dan menjual gagasan.
Karya-karya yang dikumpulkan menjadi satu akan membentuk buku ilmiah. Penulisan buku ilmiah memiliki ketentuan-ketentuan dan aturan sehingga dapat diterima untuk dipublikasikan. Dan penulisan buku ilmiah tidak akan terlepas dari buku-buku yang pernah ditulis oleh orang lain dimasa lalu yang dijadikan sebagai referensi. Buku yang ditulispun akan berisi berbagai gagasan, teori, dan pendapat penulisnya.

II.    PERMASALAHAN
A.    Apakah pengertian dari buku ilmiah?
B.     Apakah tujuan penulisan buku ilmiah?
C.     Apa sajakah ruang lingkup buku ilmiah?
D.    Bagaimanakah langkah penyusunan buku ilmiah?
E.     Bagaimana contoh dari buku ilmiah?

III. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Buku Ilmiah
Kata buku, atau dalam bahasa Inggris book, bukan lagi kata asing untuk didengar atau dibaca disetiap tempat. UNESO mendefinisikan buku sebagai terbitan non berkala yang berupa cetakan minimal 49 halaman tidak termasuk sampul dan dipublikasikan. Secara umum, buku diketahui sebagai kumpulan kertas atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.
Buku dalam arti luas, berarti mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papirus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu.[1]
Buku ilmiah adalah suatu buku yang berisi pemaparan dan pembabaran suatu bidang ilmu pengetahuan. Umumnya didasarkan pada remise, asumsi, hipotesa atau tesa, metodologi ilmiah yang digunakan dan paradigma yang jelas. Dalam buku ilmiah akan tampak struktur berpikir penulisnya.
Buku ilmiah populer adalah sejenis buku ilmiah yang dirancang dan disajikan dengan gaya bahasa dan metode yang mudah dipahami oleh orang awam. Dari sudut pendidikan, buku ilmiah populer mungkin lebih efektif daripada buku ilmiah (yang seringkali bergaya formal dan tidak mudah dicerna sambil lalu). Prinsip dalam buku ilmiah populer bukan hanya harus ilmiah, tetapi juga harus komunikatif. Bahasanya harus sederhana (disesuaikan dengan audiensnya) benar, lancar, dan menarik.[2]

B.     Tujuan Penulisan Buku Ilmiah
Penulisan buku harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian, buku digunakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Secara nasional, tujuan pendidikan kita tercantum dalam UUD 45, yaitu mencerdaskan bangsa. Tujuan ini secara internasional ditegaskan oleh organisasi pendidikan dan kebudayaan PBB (UNESCO) dengan prinsip-prinsip pendidikannya, yakni sebagai berikut:
1.      Belajar mengetahui ilmu pengetahuan. Menurut lembaga ini, ilmu pengetahuan adalah sarana yang utama dalam upaya pencerdasan bangsa.
2.      Belajar melatih keterampilan. Keterampilan diperlukan agar kita bisa bekerja dan mandiri.
3.      Belajar mandiri. Belajar menentukan pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki.
4.      Belajar hidup bersama dengan masyarakat. Ini merupakan prinsip yang sulit dicapai karena untuk bias hidup bersama, kita dituntut bersikap baik dan tidak bertentangan dengan masyarakat tempat kita berada. Ini berarti bahwa kita harus memahami budaya, tata cara hidup, dan aturan-aturan yang ada. Kita juga harus saling menghargai dan menghormati, bertoleransi dan sebagainya.[3]

C.    Ruang Lingkup Buku Ilmiah
Ruang lingkup buku ilmiah adalah sebagai berikut:
a.       Memulai penulisan buku (mencari ide, strategi mendapatkan dan menyusun materi tulisan dan membuat karangan tulisan)
b.      Hal yang perlu dan tidak perlu dilakukan dalam penulisan buku (mengawali penulisan buku agar memiliki daya tarik, membuat judul yang memikat dan mengembangkan ide tulisan)
c.       Aspek teknis dan bahasa dalam menulis buku (technical writing, EYD, layout, dan style)
d.      Pengelolaan naskah dan penerbitan
e.       Bagaimana berinteraksi dengan penerbit
f.       Berbagi pengalaman menulis buku (motivasi menulis, kiat untuk mulai dan menyelesaikan penulisan buku)
g.      Praktik (pembuatan kerangka tulisan buku teks atau ajar)

D.    Langkah Penyusunan Buku Ilmiah
Adapun langkah penyusunan buku ilmiah adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tema, topik dan judul buku
Menyiapkan tema
Pengertian tema secara khusus dalam sebuah tulisan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut penyusunan sebuah karangan.
Dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat ini dapat diketahui misalnya bila seseorang telah selesai membaca sebuah karya tulis, maka akan ada kesan dalam benaknya atau pikirannya. Dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik itu. Tema dalam hal ini diartikan sebagai uraian dari topik yang bersifat spesifik.
Tema yang baik apabila diuraikan dengan runtut berdasarkan pola-pola penulisan apakah deskriptif, naratif, eksposisif, argumentatif, atau persuasif. Sedangkan tema yang dianggap kurang baik apabila ditulis dengan pemikiran yang kabur atau meloncat-loncat dan tidak jelas arah pemikirannya sehingga sulit dicerna pembaca. Menurut Gorys, tema yang baik dapat dimulai dari dua hal, yaitu dari segi karya tulis yang sudah selesai ditulis dan dari segi persyaratan yang dipenuhi saat tema itu akan ditulis. Terdapat sejumlah syarat tema yang dikatakan baik, yaitu: (a) kejelasan (b) kesatuan (c) perkembangan, dan (d) keaslian.[4]
Menentukan topik
Bagi sebagian pengarang pemula, memilih topik sangat mungkin dipersepsi identik dengan memilih judul. Sesunggguhnya keduanya berbeda. Ketika memilih topik sudah ada gambaran mengenai isu-isu yang relevan seputar topik itu.[5]
Merumuskan judul
Judul selalu diartikan sebagai kepala karangan.[6] Judul merupakan perekat antara topik dan tema yang akan ditulis. Judul dalam sebuah tulisan merupakan daya tarik yang dapat mengikat pembaca. Karenanya penulisan judul harus dirumuskan secara menarik, padat, tidak multitafsir dan mesti mewakili topik dan tema suatu tulisan. Perumusan judul dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, secara teoritis sebelum membuat judul, penulis harus merumuskan masalah lebih dahulu dengan mengidentifikasikan permasalahan yang akan ditulis sesuai dengan topik dan tema tulisan. Kedua, membuat judul lebih dahulu sesuai dengan topik penulisan kemudian menguraikannya kedalam tema tulisan. Cara mana yang akan dilakukan penulis bisa saja dilakukan. Namun, cara yang kedua ini mempunyai konsekuensi bisa terjadinya perubahan judul setelah tulisan itu selesai diuraikan. Tidak masalah hal itu dilakukan sepanjang untuk menyempurnakan tulisan.
Gorys menekankan, bahwa judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Judul harus relevan: artinya judul itu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tema itu.
b.      Judul harus provokatif: artinya judul harus sekian macam sehingga menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan itu.
c.       Judul harus singkat: maksudnya judul tidak boleh mengambil untuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa antara tema, topik dan judul selalu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun demikian, seorang penulis harus dapat membedakan antara tema, topik dan judul dalam hal penerapannya. Topik penulisan tidak perlu dirumuskan secara rumit. Topik untuk program study judulnya sama dengan nama mata kuliah sedangkan judul untuk penulisan karya ilmiah populer harus dirumuskan agar lebih menarik dan mempunyai daya jual tinggi.[7]
2.      Pengembangan kerangka buku
Kerangka buku dikembangkan berdasarkan topik atau judul buku yang telah ditetapkan. Judul atau topik yang bagus tidak akan berguna tanpa kerangka yang bagus. Kerangka menentukan berguna tidaknya isi suatu buku bagi target pembacanya.
Kerangka buku merupakan gambaran atau peta isi buku yang akan ditulis, yang dirancang sebelum penulis memulai menulis. Kerangka ini merupakan garis besar isi buku yang didasarkan pada pemikiran dan referensi yang dibaca oleh penulis. Kerangka buku merupakan janji penulis kepada dirinya sendiri dan kepada calon pembaca tentang apa yang akan dijabarkannya secara garis besar melalu bab-bab atau bagian-bagian yang merupakan pendukung judul buku.[8]
Kerangka tulisan haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.       Kerangka merupakan gambaran umum isi buku yang berupa judul-judul bab dan sub-subnya.
b.      Setiap judul bab dan subnya harus relevan, serta mendukung topik dan judul buku.
c.       Judul-judul bab dan sub-subnya saling mengikat, tetapi tidak tumpang tindih (overlapping).
d.      Judul-judul dan sub-subnya disusun secara kronologis sesuai dengan urutannya secara bertahap, mulai dari bagian yang paling mudah berkembang, sampai ke bagian yang semakin sulit, mulai dari bagian yang paling umum, sampai ke bagian yang spesifik dan sebagainya.
e.       Pengulangan kata atau frasa sebaiknya dihindari agar tulisan tidak membosankan, tetapi terlihat kreatif dan banyak ide.
f.       Judul bab dan sub-subnya tidak diberi garis bawah, tanda petik dan tanda tanya.
g.      Penggunaan istilah-istilah teknis (jargon) yang menyulitkan pembaca perlu dihindari. Sebagai gantinya, gunakanlah istilah umum yang digunakan sehari-hari.
h.      Judul bab berupa kata atau frasa (bukan kalimat) dan ditulis dengan konsisten.[9]
3.      Pengembangan bab
Dalam mengembangkan bab, penulis perlu melihat dan mempelajari format, susunan, dan bentuk-bentuk buku sejenis yang beredar di pasar. Menuliskan gagasan utama dalam satu kalimat memerlukan keterampilan, khususnya gagasan dari bab yang dikembangkan berdasarkan kerangka yang sudah terarah. Kalimat dikembangkan menjadi paragraf yang baik. Paragraf kemudian berkembang menjadi wacana dan wacana akhirnya menjadi satu bab buku. Gagasan-gagasan dialirkan dari kalimat ke kalimat berikutnya, dari paragraf yang satu keparagraf yang selanjutnya, dari bab yang satu ke bab-bab yang berikutnya.
Dalam penulisan bab terdapat bentuk-bentuk pengembangan bab yang dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Sebagian penulis telah menggunakan empat bentuk tulisan bab yaitu:
a.       Narasi, tulisan akademis yang berisi narasi meliputi penjelasan latar belakang atau perkembangan kejadian-kejadian pada waktu silam yang tersusun sesuai dengan urutan waktu kejadiannya (kronologis).
b.      Deskripsi, dalam tulisan ilmiah atau akademis, deskripsi fisik dipakai dalam sejumlah disiplin ilmu atau mata pelajaran seperti ilmu-ilmu sosial, antropologi, atau sosiologi.
c.       Refleksi, menurut Ferrara bentuk tulisan refleksi secara keseluruhan didasarkan pada gagasan-gagasan, perasaan pengalaman, dan observasi penulis.
d.      Argumentasi, menurut Alexander, karya tulis yang bersifat argumentatif biasanya membicarakan masalah tertentu. Tujuan karya tulis yang berbentuk argumentasi ini menurut Alexander ditujukan untuk:
1)      Memberi argumentasi yang sifatnya mendukung atau menolak sebuah ide atau rencana tindakan dengan tujuan menyampaikan pendapat, namun penulis tidak berusaha membujuk pembaca untuk menyetujui pendapatnya.
2)      Berargumentasi membujuk membaca untuk menyetujui pendapatnya.
3)      Berargumentasi untuk menyelesaikan suatu masalah.
4)      Membicarakan suatu masalah tanpa harus diakhiri dengan solusi.[10]
4.      Pengembangan subbab
Kerangka bab sangat membantu penulis agar dapat berkonsentrasi dalam menulis. Kita hanya perlu melanjutkan paragrafnya berdasarkan rincian aspek-aspek yang telah dicermati dan disiapkan. Semua ide utama subbab tersebut sudah terkandung dalam kerangka bab sehingga kita tinggal meramu idenya kedalam kalimat demi kalimat menjadi jumlah paragraf sampai subbab itu selesai.
Penulisan subbab tidak harus dimulai dari subbab pertama. Kita bisa juga memulai dari bab yang paling menarik dan mudah. Saran ini sangat beralasan karena dari sini kita bisa menuangkan ide yang sudah ada dibenak kita tanpa harus bersusah payah mencari-cari ide-ide lain.
Buku-buku ilmiah mempunyai susunan paragraf yang sudah baku sehingga substansinya bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kemudahan membaca dan memahami isi bab sangat tergantung pada bagaimana penulis mengelola pikirannya melalui kalimat-kalimat maupun paragraf-paragraf yang ditulisnya dalam tiap subbab. Semakin mengikuti aturan atau tatanan susunan, paragraf-paragraf dalam subbab itu semakin jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.
Jenis-jenis paragraf menurut Oshima & Hogue dan Barnet adalah:
a.       Paragraf pembuka, merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan topik atau judul dan informasi latar belakang judul suatu subbab.
b.      Paragraf inti, merupakan paragraf utama isi subbab. Setiap paragraf dalam paragraf inti mempunyai satu ide utama berupa kata-kata atau frasa dalam kalimat inti yang merupakan satu-satunya kalimat utama dalam paragraf itu.
c.       Paragraf penutup, biasanya berupa kesimpulan, pernyataan ulang, ringkasan, komentar akhir dan atau gagasan penting untuk dipikirkan dan disikapi pembaca. Bila paragraf itu berupa kesimpulan, penulis harus memastikan bahwa isinya merupakan kesimpulan seluruh bab itu dan bukan hal-hal yang tidak dibahas dalam bab itu.[11]
5.      Tata cara pengutipan
Kutipan diperlukan penulis untuk mendukung, memperjelas dan melengkapi gagasan dalam karya tulisnya. Kutipan juga membantu pembaca untuk mendapatkan sumber informasi bila pembaca memerlukan informasi lebih lanjut. Kutipan wajib digunakan dalam karya tulis ilmiah. Tanpa adanya kutipan, pernyataan atau gagasan penulis dianggap secara umum belum diketahui atau menimbulkan keraguan bagi khalayak pembaca.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengutip gagasan atau pendapat penulis lain dari berbagai sumber, yaitu:
a.       Pengutipan langsung, adalah kutipan yang digunakan apabila penulis meminjam gagasan penulis lain seutuhnya tanpa membuat perubahan, baik pada tanda baca maupun pada kata-katanya. Aturan umum kutipan langsung terbagi menjadi dua yaitu:
1)      Kutipan langsung pendek, merupakan kutipan yang panjangnya tidak lebih dari empat baris. Tata cara penulisan kutipan langsung :
a)      diintegrasikan atau disatukan dengan teks penulis
b)      jarak antar baris spasi ganda (dua spasi)
c)      pada akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, kemudian diakhiri dengan tanda kurung tutup.
2)      Kutipan langsung panjang, merupakan kutipan yang panjangnya lebih dari empat baris. Tata cara penulisan kutipan langsung panjang ini adalah :
a)      Kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi.
b)      Jarak antar baris 1 spasi.
c)      Kutipan boleh diapit dengan tanda kutip.
d)     Akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, diakhiri dengan tanda kurung tutup.
e)      Seluruh kutipan menjorok ke dalam sekitar 5-7 huruf/karakter. Bila yang dikutip merupakan alinea baru, baris pertama ditulis sekitar 5-7 huruf/karakter.
b.      Kutipan tidak langsung (parafrasa), adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa. Semua kutipan harus dirujuk.
Tata cara penulisan kutipan tidak langsung adalah :
1)      Gagasan yang dikutip diintegrasikan dengan teks.
2)      Jarak antar baris dua spasi.
3)      Tanpa penggunaan tanda kutip.
4)      Diakhiri dengan tanda kurung buka, nama singkat, tahun terbit, dan nomor halaman, diakhiri dengan tanda kurung tutup.
6.      Penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka adalah catatan sejumlah pustaka atau sumber lain yang digunakan dalam penulisan buku. Sumber-sumber ini ditulis dibagian paling belakang bab atau buku setelah bab terakhir. Daftar pustaka sering diacu sebagai bibliografi atau referensi. Dibawah ini, kita akan membahas susunan dan fariasi penulisan daftar pustaka.
a.       Susunan, daftar pustaka biasanya disusun secara alfabetis (sesuai urutan abjad), berdasarkan nama belakang penulis atau lembaga, organisasi, atau departement. Bila seorang penulis mempunyai lebih dari satu buku yang dijadikan satu referensi buku yang terbit dahululah yang pertama ditulis.
b.      Variasi, variasi penulisan daftar pustaka bisa dilihat pada penulisan referensi atau bibliografi dari buku-buku yang beredar di pasar, baik nasional maupun internasional.
1)      Nama penulis (pengarang) tunggal, nama belakang pengarang selalu ditulis lengkap. Sebaliknya, nama depan dan nama tengah ditulis secara lengkap, tetapi ada juga yang ditulis inisialnya (huruf pertamanya) saja.
2)      Nama penulis atau nama pengarang kedua, untuk pengarang kedua, kita bisa menuliskan huruf pertama dari nama depan dan nama tengah pengarang, diikuti nama belakangnya.
3)      Penulisan tahun terbit, dalam standar internasional, tahun terbit ditulis dalam kurung. Namun, sesuai standar Bahasa Indonesia yang baku, tahun terbit ditulis tanpa tanda kurung. Selain itu, tahun terbit bisa ditulis setelah nama penulis, tetapi juga bisa ditulis dibagian akhir setelah nama penerbit.
7.      Penyuntingan naskah
Dalam menulis buku, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi, bahasa, dan alur pikiran materi sebelum naskahnya dikirimkan penerbit. Tentu itu bukan berarti bahwa naskahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa dikutak-katik dan langsung diterbitkan begitu saja. Dipenerbit, ada penyunting (biasa disebut editor) yang berhak meluruskan dan menyelaraskan isi dan bahasa naskah itu, misalnya dengan menghapus bagian-bagian yang dianggap tidak mendukung dan sebaliknya menambahkan bagian-bagian yang perlu ditambahkan.
8.      Kelengkapan naskah
Naskah adalah draf yang isinya sudah lengkap bagi penulis. Penulis perlu melengkap draf yang belum lengkap agar menjadi naskah yang siap dikirimkan kepenerbit. Berikut ini cakupan standar isi buku:
a.       Sampul buku, pada sampul buku terdapat judul buku, nama penulis, kadang-kadang ada nama editor atau penerjemah, gambar desain atau foto, logo penerbit.
b.      Halaman romawi, ialah beberapa halaman buku yang ditulis dengan angka romawi, terhitung dari halaman judul. Halaman romawi ini merupakan bagian pembuka buku. Isi halaman romawi adalah halaman pancir, halaman kosong, halaman judul, halaman hak cipta, halaman persembahan, halaman kata pengantar (prakata) atau pendahuluan, halaman ucapan terimakasih, halaman rekomendasi, halaman course design (khusus untuk buku teks/pelajaran atau life skill), dan halaman daftar isi.
c.       Bagian utama (batang tubuh) buku, terdiri dari unit, lalu bab, kemudian subbab, dan akhirnya sub-subbab.
d.      Bagian penutup, berisi antara lain indeks buku, daftar istilah/kata/ungkapan/singkatan, daftar pustaka, foto dan biodata, resume, atau riwayat hidup penulis.
e.       Sampul belakang, umumnya terdapat hal-hal antara lain sinopsis, ISBN, nama dan alamat penerbit, dan testimoni yang berisi komentar orang-orang.
9.      Uji kelayakan
Uji kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah buku layak dibaca oleh pembaca yang disasarnya, juga seberapa jauh gagasan yang termuat didalam buku itu bisa di tularkan kepada pembacanya. Uji kelayakan ini terdiri dari uji lapangan dan uji ahli.
10.  Pengajuan naskah kepenerbit
Setiap penerbit mempunyai prioritas untuk menerbitkan buku tertentu. Setiap penerbit juga mempunyai keunggulan atau spesialisai dalam hal-hal tertentu. Berikut ini adalah beberapa cara pengajuan kepenerbit:
a.       Proposal, untuk mempermudah penerbit dalam mempelajari naskah yang kita kirimkan, sabaiknya kita melampirkan proposal pengajuan naskah beserta naskah yang akan kita kirimkan.
b.      Naskah, selain dalam wujud proposal, naskah juga bisa dikirim dalam bentuk menuskrip, yaitu naskah yang sudah berbentuk draf buku dan isinya sudah lengkap bagi si penulis.
11.  Tanggapan penerbit
Tanggapan penerbit pada umumnya adalah: (1) menyetujui (2) menyetujui dengan syarat (3) menolak. Untuk sampai pada keputusan ini, bagaimanapun juga tetap dibutuhkan waktu. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing penerbit tidak sama. Ada yang membutuhkan hanya seminggu, sebulan, atau bahkan tiga bulan. Yang jelas, penulis mesti sabar menunggu. Harus diingat bahwa dalam proses menunggu tersebut tentu saja penulis boleh mengirimkan naskahnya kebeberapa penerbit agar ia tidak membuang waktu.
12.  Proses penerbitan
Penerbit adalah badan usaha yang mempertemukan penulis yang memiliki modal berupa naskah mentah dengan pembaca yang membutuhkan buku yang bagus. Berbeda dengan percetakan yang hanya melakukan perbanyakan naskah semata, penerbit melakukan pengolahan naskah. Jadi, sebelum  naskah dicetak, penerbit melakukan proses pengeditan (penyuntingan), baik dalam hal materi maupun bahasa. Kemudian, penerbit juga melakukan proses setting, yaitu menata letak naskah mentah menjadi buku yang didesain dengan apik, dan penerbit juga melakukan penambahan ilustrasi dan foto untuk membuat buku semakin menarik, terakhir penerbit memiliki tim pemasaran yang akan mendistribusikan buku kewilayah-wilayah kekuasaannya.[12]

E.     Contoh dari Buku Ilmiah
Dibawah ini adalah contoh dari buku ilmiah;
Judul                           : Ideologi Pendidikan Islam
Nama pengarang         : Prof. Dr. Achmadi
Penerbit                       : Pustaka Pelajar
Tahun terbit                 : 2010
Kehadiran buku Ideologi Pendidikan Islam ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif landasan pendidikan ditengah-tengah membanjirnya berbagai ideologi kontemporer seperti pluralisme. Konsep pendidikan islam secara normatif syarat dengan nilai-nilai transcendental-ilahiah dan insniah. Semua itu dapat diwadahi dengan bingkai besar yang disebut humanisme teosentris. Nilai-nilai yang humanisme teosentris itu diangkat sebagai perangkat ideologi pendidikan islam. Sebuah ideologi lazimnya memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau kelompok masyarakat yang meyakini kebenaran nilai yang menjadi cita-cita ideologi tersebut untuk memperjuangkannya.








IV. PENUTUP/KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
Ø  Buku ilmiah adalah suatu buku yang berisi pemaparan dan pembabaran suatu bidang ilmu pengetahuan. Umumnya didasarkan pada remise, asumsi, hipotesa atau tesa, metodologi ilmiah yang digunakan dan paradigma yang jelas. Dalam buku ilmiah akan tampak struktur berpikir penulisnya.
Ø  Tujuan penulisan buku ilmiah yaitu belajar mengetahui ilmu pengetahuan, belajar melatih keterampilan, belajar mandiri, dan belajar hidup bersama dengan masyarakat.
Ø  Ruang lingkup buku ilmiah yaitu memulai penulisan buku, hal yang perlu dan tidak perlu dilakukan dalam penulisan buku, aspek teknis dan bahasa dalam menulis buku, pengelolaan naskah dan penerbitan, bagaimana berinteraksi dengan penerbit, berbagi pengalaman menulis buku, dan praktik.
Ø  Langkah penyusunan buku ilmiah, antara lain menentukan tema, topik, dan judul buku, mengembangkan kerangka buku, mengembangkan bab, mengembangkan subbab, pengutipan, penulisan daftar pustaka, penyuntingan naskah, kelengkapan naskah, uji kelayakan, pengajuan naskah kepenerbit, tanggapan penerbit, dan proses penerbitan.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Danim, Sudarwan. Karya Tulis Inovatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.
Leo, Sutanto. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. Jakarta: Erlangga. 2010.
Rosyadi, A. Rahmat. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008.
Suwarno,Wiji. Perpustakaan dan Buku Wacana Penulisan dan Penerbitan. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. 2011.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.















 




[1] Wiji Suwarno, Perpustakaan dan Buku Wacana Penulisan dan Penerbitan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hlm. 49-50.
[2] Prof. Komaruddin dan Dra. Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, M.Pd., Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet. ketiga, hlm. 35.
[3] Sutanto Leo, Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 29-30.
[4] A. Rahmat Rosyadi, Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 28-29.
[5] Prof.Dr. Sudarwan Danim, Karya Tulis Inovatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 32-33.
[6] H. Bahdin Nur Tanjung, SE., MM. dan Drs. H. Ardial, M.Si., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. keempat, hlm.19.
[7] A. Rahmat Rosyadi, op.cit., hlm. 31-32.
[8] Sutanto Leo, op.cit., hlm.55.
[9] Ibid., hlm. 58-59
[10] Ibid., hlm. 67-69
[11] Ibid., hlm. 80-82
[12] Ibid., hlm. 158

5 komentar:


  1. Dear Ms. Umi Mukaromah,

    Thank you for reading and citing my ideas.
    Sutanto Leo

    BalasHapus
  2. makasih mbak ...
    sangat membantu

    BalasHapus
  3. dek,, ni q mbk rofik mahad,,,

    tolong email q di rofiahbuku@gmail.com ya

    BalasHapus
  4. makasih Mbak Umi
    sangat membantu

    BalasHapus
  5. Terima kasih telah berbagi ilmu
    Demi kebaikan kita semua ke depan..

    BalasHapus