MAKALAH
TEKNIK PENULISAN BUKU ILMIAH
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Karya Tulis Ilmiah
Yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI
Oleh:
Umi Kulsum 123111156
Umi Mukaromah 123111157
Wafin Agitya Pratama 123111158
Atmimil Khusnayaini 123111161
Ulfa Hidayatun Nafi’ah 123111179
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
TAHUN 2013
I.
PENDAHULUAN
Menulis merupakan salah satu sisi dari
keterampilan berbahasa. Seorang penulis harus memiliki banyak pengalaman dan
kosakata. Penulis harus mampu membahasakan pengalamannya dengan memilih
kosakata yang tepat dan merangkainya secara baik dan benar, sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah disamping harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa
sebagai sarana komunikasi ilmu, bertukar pikiran, dan menjual gagasan.
Karya-karya yang dikumpulkan menjadi satu akan
membentuk buku ilmiah. Penulisan buku ilmiah memiliki ketentuan-ketentuan dan
aturan sehingga dapat diterima untuk dipublikasikan. Dan penulisan buku ilmiah
tidak akan terlepas dari buku-buku yang pernah ditulis oleh orang lain dimasa lalu
yang dijadikan sebagai referensi. Buku yang ditulispun akan berisi berbagai
gagasan, teori, dan pendapat penulisnya.
II.
PERMASALAHAN
A.
Apakah
pengertian dari buku ilmiah?
B.
Apakah
tujuan penulisan buku ilmiah?
C.
Apa
sajakah ruang lingkup buku ilmiah?
D.
Bagaimanakah
langkah penyusunan buku ilmiah?
E.
Bagaimana contoh
dari buku ilmiah?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Buku Ilmiah
Kata buku, atau dalam bahasa Inggris book, bukan lagi kata asing untuk
didengar atau dibaca disetiap tempat. UNESO mendefinisikan buku sebagai
terbitan non berkala yang berupa cetakan minimal 49 halaman tidak termasuk
sampul dan dipublikasikan. Secara umum, buku diketahui sebagai kumpulan kertas
atau bahan lain yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi
tulisan atau gambar.
Buku dalam arti luas, berarti mencakup semua tulisan dan gambar yang
ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papirus, lontar, perkamen,
dan kertas dengan segala bentuknya: berupa gulungan, dilubangi dan diikat
dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu.[1]
Buku ilmiah adalah suatu buku yang berisi pemaparan dan pembabaran suatu
bidang ilmu pengetahuan. Umumnya didasarkan pada remise, asumsi, hipotesa atau
tesa, metodologi ilmiah yang digunakan dan paradigma yang jelas. Dalam buku
ilmiah akan tampak struktur berpikir penulisnya.
Buku ilmiah populer adalah sejenis buku ilmiah yang dirancang dan disajikan
dengan gaya bahasa dan metode yang mudah dipahami oleh orang awam. Dari sudut
pendidikan, buku ilmiah populer mungkin lebih efektif daripada buku ilmiah
(yang seringkali bergaya formal dan tidak mudah dicerna sambil lalu). Prinsip
dalam buku ilmiah populer bukan hanya harus ilmiah, tetapi juga harus
komunikatif. Bahasanya harus sederhana (disesuaikan dengan audiensnya) benar,
lancar, dan menarik.[2]
B.
Tujuan Penulisan Buku Ilmiah
Penulisan buku harus sesuai dengan
tujuan pendidikan. Dengan demikian, buku digunakan untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Secara nasional, tujuan pendidikan kita tercantum dalam UUD 45, yaitu
mencerdaskan bangsa. Tujuan ini secara internasional ditegaskan oleh organisasi
pendidikan dan kebudayaan PBB (UNESCO) dengan prinsip-prinsip pendidikannya,
yakni sebagai berikut:
1.
Belajar
mengetahui ilmu pengetahuan. Menurut lembaga ini, ilmu pengetahuan adalah
sarana yang utama dalam upaya pencerdasan bangsa.
2.
Belajar
melatih keterampilan. Keterampilan diperlukan agar kita bisa
bekerja dan mandiri.
3.
Belajar
mandiri. Belajar menentukan pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang kita miliki.
4.
Belajar
hidup bersama dengan masyarakat. Ini merupakan prinsip yang sulit dicapai
karena untuk bias hidup bersama, kita dituntut bersikap baik dan tidak
bertentangan dengan masyarakat tempat kita berada. Ini berarti bahwa kita harus
memahami budaya, tata cara hidup, dan aturan-aturan yang ada. Kita juga harus
saling menghargai dan menghormati, bertoleransi dan sebagainya.[3]
C.
Ruang Lingkup Buku Ilmiah
Ruang lingkup buku ilmiah adalah sebagai berikut:
a.
Memulai penulisan buku (mencari ide, strategi
mendapatkan dan menyusun materi tulisan dan membuat karangan tulisan)
b.
Hal yang perlu dan tidak perlu dilakukan dalam
penulisan buku (mengawali penulisan buku agar memiliki daya tarik, membuat
judul yang memikat dan mengembangkan ide tulisan)
c.
Aspek teknis dan bahasa dalam menulis buku
(technical writing, EYD, layout, dan style)
d.
Pengelolaan naskah dan penerbitan
e.
Bagaimana berinteraksi dengan penerbit
f.
Berbagi pengalaman menulis buku (motivasi
menulis, kiat untuk mulai dan menyelesaikan penulisan buku)
g.
Praktik (pembuatan kerangka tulisan buku teks
atau ajar)
D.
Langkah Penyusunan Buku Ilmiah
Adapun langkah penyusunan buku
ilmiah adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tema, topik dan judul buku
Menyiapkan
tema
Pengertian tema secara khusus dalam sebuah tulisan dapat dilihat
dari dua sudut, yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari sudut
penyusunan sebuah karangan.
Dari sudut karangan yang telah selesai, tema
adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.
Amanat ini dapat diketahui misalnya bila seseorang telah selesai membaca sebuah
karya tulis, maka akan ada kesan dalam benaknya atau pikirannya. Dari segi
proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan
dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik itu.
Tema dalam hal ini diartikan sebagai uraian dari topik yang bersifat spesifik.
Tema yang baik apabila diuraikan dengan runtut
berdasarkan pola-pola penulisan apakah deskriptif, naratif, eksposisif,
argumentatif, atau persuasif. Sedangkan tema yang dianggap kurang baik apabila
ditulis dengan pemikiran yang kabur atau meloncat-loncat dan tidak jelas arah
pemikirannya sehingga sulit dicerna pembaca. Menurut Gorys, tema yang
baik dapat dimulai dari dua hal, yaitu dari segi karya tulis yang sudah selesai
ditulis dan dari segi persyaratan yang dipenuhi saat tema itu akan ditulis.
Terdapat sejumlah syarat tema yang dikatakan baik, yaitu: (a) kejelasan (b)
kesatuan (c) perkembangan, dan (d) keaslian.[4]
Menentukan topik
Bagi sebagian pengarang pemula, memilih topik
sangat mungkin dipersepsi identik dengan memilih judul. Sesunggguhnya keduanya
berbeda. Ketika memilih topik sudah ada gambaran mengenai isu-isu yang relevan
seputar topik itu.[5]
Merumuskan judul
Judul selalu diartikan sebagai kepala
karangan.[6]
Judul merupakan perekat antara topik dan tema yang akan ditulis. Judul dalam
sebuah tulisan merupakan daya tarik yang dapat mengikat pembaca. Karenanya
penulisan judul harus dirumuskan secara menarik, padat, tidak multitafsir dan
mesti mewakili topik dan tema suatu tulisan. Perumusan judul dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu: pertama, secara teoritis sebelum membuat judul,
penulis harus merumuskan masalah lebih dahulu dengan mengidentifikasikan
permasalahan yang akan ditulis sesuai dengan topik dan tema tulisan. Kedua,
membuat judul lebih dahulu sesuai dengan topik penulisan kemudian
menguraikannya kedalam tema tulisan. Cara mana yang akan dilakukan penulis bisa
saja dilakukan. Namun, cara yang kedua ini mempunyai konsekuensi bisa
terjadinya perubahan judul setelah tulisan itu selesai diuraikan. Tidak masalah
hal itu dilakukan sepanjang untuk menyempurnakan tulisan.
Gorys menekankan, bahwa judul yang baik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Judul harus relevan: artinya judul itu harus mempunyai pertalian
dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari
tema itu.
b. Judul harus provokatif: artinya judul harus sekian macam sehingga
menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan
itu.
c. Judul harus singkat: maksudnya judul tidak boleh mengambil untuk
kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian
kata yang singkat.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa antara tema, topik dan judul
selalu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun demikian, seorang
penulis harus dapat membedakan antara tema, topik dan judul dalam hal
penerapannya. Topik penulisan tidak perlu dirumuskan secara rumit. Topik untuk
program study judulnya sama dengan nama mata kuliah sedangkan judul untuk
penulisan karya ilmiah populer harus dirumuskan agar lebih menarik dan
mempunyai daya jual tinggi.[7]
2. Pengembangan kerangka buku
Kerangka buku dikembangkan berdasarkan topik
atau judul buku yang telah ditetapkan. Judul atau topik yang bagus tidak akan
berguna tanpa kerangka yang bagus. Kerangka menentukan berguna tidaknya isi
suatu buku bagi target pembacanya.
Kerangka buku merupakan gambaran atau peta isi
buku yang akan ditulis, yang dirancang sebelum penulis memulai menulis.
Kerangka ini merupakan garis besar isi buku yang didasarkan pada pemikiran dan
referensi yang dibaca oleh penulis. Kerangka buku merupakan janji penulis
kepada dirinya sendiri dan kepada calon pembaca tentang apa yang akan
dijabarkannya secara garis besar melalu bab-bab atau bagian-bagian yang
merupakan pendukung judul buku.[8]
Kerangka tulisan haruslah memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a. Kerangka merupakan gambaran umum isi buku yang berupa judul-judul bab dan
sub-subnya.
b. Setiap judul bab dan subnya harus relevan, serta mendukung topik dan judul
buku.
c. Judul-judul bab dan sub-subnya saling mengikat, tetapi tidak tumpang tindih
(overlapping).
d. Judul-judul dan sub-subnya disusun secara kronologis sesuai dengan
urutannya secara bertahap, mulai dari bagian yang paling mudah berkembang, sampai
ke bagian yang semakin sulit, mulai dari bagian yang paling umum, sampai ke
bagian yang spesifik dan sebagainya.
e. Pengulangan kata atau frasa sebaiknya dihindari agar tulisan tidak
membosankan, tetapi terlihat kreatif dan banyak ide.
f. Judul bab dan sub-subnya tidak diberi garis bawah, tanda petik dan tanda
tanya.
g. Penggunaan istilah-istilah teknis (jargon) yang menyulitkan pembaca
perlu dihindari. Sebagai gantinya, gunakanlah istilah umum yang digunakan
sehari-hari.
h. Judul bab berupa kata atau frasa (bukan kalimat) dan ditulis dengan
konsisten.[9]
3. Pengembangan bab
Dalam mengembangkan bab, penulis perlu melihat
dan mempelajari format, susunan, dan bentuk-bentuk buku sejenis yang beredar di
pasar. Menuliskan gagasan utama dalam satu kalimat memerlukan keterampilan,
khususnya gagasan dari bab yang dikembangkan berdasarkan kerangka yang sudah
terarah. Kalimat dikembangkan menjadi paragraf yang baik. Paragraf kemudian
berkembang menjadi wacana dan wacana akhirnya menjadi satu bab buku.
Gagasan-gagasan dialirkan dari kalimat ke kalimat berikutnya, dari paragraf
yang satu keparagraf yang selanjutnya, dari bab yang satu ke bab-bab yang
berikutnya.
Dalam penulisan bab terdapat bentuk-bentuk
pengembangan bab yang dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Sebagian penulis telah
menggunakan empat bentuk tulisan bab yaitu:
a. Narasi, tulisan akademis yang berisi narasi meliputi penjelasan latar
belakang atau perkembangan kejadian-kejadian pada waktu silam yang tersusun
sesuai dengan urutan waktu kejadiannya (kronologis).
b. Deskripsi, dalam tulisan ilmiah atau akademis, deskripsi fisik dipakai
dalam sejumlah disiplin ilmu atau mata pelajaran seperti ilmu-ilmu sosial,
antropologi, atau sosiologi.
c. Refleksi, menurut Ferrara bentuk tulisan refleksi secara keseluruhan
didasarkan pada gagasan-gagasan, perasaan pengalaman, dan observasi penulis.
d. Argumentasi, menurut Alexander, karya tulis yang bersifat
argumentatif biasanya membicarakan masalah tertentu. Tujuan karya tulis yang
berbentuk argumentasi ini menurut Alexander ditujukan untuk:
1) Memberi argumentasi yang sifatnya mendukung atau menolak sebuah ide atau
rencana tindakan dengan tujuan menyampaikan pendapat, namun penulis tidak
berusaha membujuk pembaca untuk menyetujui pendapatnya.
2) Berargumentasi membujuk membaca untuk menyetujui pendapatnya.
3) Berargumentasi untuk menyelesaikan suatu masalah.
4) Membicarakan suatu masalah tanpa harus diakhiri dengan solusi.[10]
4. Pengembangan subbab
Kerangka bab sangat membantu penulis agar
dapat berkonsentrasi dalam menulis. Kita hanya perlu melanjutkan paragrafnya
berdasarkan rincian aspek-aspek yang telah dicermati dan disiapkan. Semua ide
utama subbab tersebut sudah terkandung dalam kerangka bab sehingga kita tinggal
meramu idenya kedalam kalimat demi kalimat menjadi jumlah paragraf sampai
subbab itu selesai.
Penulisan subbab tidak harus dimulai dari
subbab pertama. Kita bisa juga memulai dari bab yang paling menarik dan mudah.
Saran ini sangat beralasan karena dari sini kita bisa menuangkan ide yang sudah
ada dibenak kita tanpa harus bersusah payah mencari-cari ide-ide lain.
Buku-buku ilmiah mempunyai susunan paragraf
yang sudah baku sehingga substansinya bisa dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kemudahan
membaca dan memahami isi bab sangat tergantung pada bagaimana penulis mengelola
pikirannya melalui kalimat-kalimat maupun paragraf-paragraf yang ditulisnya
dalam tiap subbab. Semakin mengikuti aturan atau tatanan susunan,
paragraf-paragraf dalam subbab itu semakin jelas dan mudah dipahami oleh
pembaca.
Jenis-jenis paragraf menurut Oshima
& Hogue dan Barnet adalah:
a. Paragraf pembuka, merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan topik atau
judul dan informasi latar belakang judul suatu subbab.
b. Paragraf inti, merupakan paragraf utama isi subbab. Setiap paragraf dalam
paragraf inti mempunyai satu ide utama berupa kata-kata atau frasa dalam
kalimat inti yang merupakan satu-satunya kalimat utama dalam paragraf itu.
c. Paragraf penutup, biasanya berupa kesimpulan, pernyataan ulang, ringkasan,
komentar akhir dan atau gagasan penting untuk dipikirkan dan disikapi pembaca.
Bila paragraf itu berupa kesimpulan, penulis harus memastikan bahwa isinya
merupakan kesimpulan seluruh bab itu dan bukan hal-hal yang tidak dibahas dalam
bab itu.[11]
5. Tata cara pengutipan
Kutipan diperlukan penulis untuk mendukung,
memperjelas dan melengkapi gagasan dalam karya tulisnya. Kutipan juga membantu
pembaca untuk mendapatkan sumber informasi bila pembaca memerlukan informasi
lebih lanjut. Kutipan wajib digunakan dalam karya tulis ilmiah. Tanpa adanya
kutipan, pernyataan atau gagasan penulis dianggap secara umum belum diketahui
atau menimbulkan keraguan bagi khalayak pembaca.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengutip gagasan atau pendapat
penulis lain dari berbagai sumber, yaitu:
a. Pengutipan langsung, adalah kutipan yang digunakan apabila penulis
meminjam gagasan penulis lain seutuhnya tanpa membuat perubahan, baik pada
tanda baca maupun pada kata-katanya. Aturan umum kutipan langsung terbagi
menjadi dua yaitu:
1) Kutipan langsung pendek, merupakan kutipan yang panjangnya tidak lebih dari
empat baris. Tata cara penulisan kutipan langsung :
a) diintegrasikan atau disatukan dengan teks penulis
b) jarak antar baris spasi ganda (dua spasi)
c) pada akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, kemudian diakhiri
dengan tanda kurung tutup.
2) Kutipan langsung panjang, merupakan kutipan yang panjangnya lebih dari
empat baris. Tata cara penulisan kutipan langsung panjang ini adalah :
a) Kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi.
b) Jarak antar baris 1 spasi.
c) Kutipan boleh diapit dengan tanda kutip.
d) Akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang,
tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, diakhiri dengan tanda kurung
tutup.
e) Seluruh kutipan menjorok ke dalam sekitar 5-7 huruf/karakter. Bila yang
dikutip merupakan alinea baru, baris pertama ditulis sekitar 5-7
huruf/karakter.
b. Kutipan tidak langsung (parafrasa), adalah kutipan yang tidak sama persis
dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip
untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi
rangkap sebagaimana teks biasa. Semua kutipan harus dirujuk.
Tata cara penulisan kutipan tidak langsung
adalah :
1) Gagasan yang dikutip diintegrasikan dengan teks.
2) Jarak antar baris dua spasi.
3) Tanpa penggunaan tanda kutip.
4) Diakhiri dengan tanda kurung buka, nama singkat, tahun terbit, dan nomor
halaman, diakhiri dengan tanda kurung tutup.
6. Penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka adalah catatan sejumlah pustaka
atau sumber lain yang digunakan dalam penulisan buku. Sumber-sumber ini ditulis
dibagian paling belakang bab atau buku setelah bab terakhir. Daftar pustaka
sering diacu sebagai bibliografi atau referensi. Dibawah ini, kita akan
membahas susunan dan fariasi penulisan daftar pustaka.
a. Susunan, daftar pustaka biasanya disusun secara alfabetis (sesuai urutan
abjad), berdasarkan nama belakang penulis atau lembaga, organisasi, atau
departement. Bila seorang penulis mempunyai lebih dari satu buku yang dijadikan
satu referensi buku yang terbit dahululah yang pertama ditulis.
b. Variasi, variasi penulisan daftar pustaka bisa dilihat pada penulisan
referensi atau bibliografi dari buku-buku yang beredar di pasar, baik nasional
maupun internasional.
1) Nama penulis (pengarang) tunggal, nama belakang pengarang selalu ditulis
lengkap. Sebaliknya, nama depan dan nama tengah ditulis secara lengkap, tetapi
ada juga yang ditulis inisialnya (huruf pertamanya) saja.
2) Nama penulis atau nama pengarang kedua, untuk pengarang kedua, kita bisa
menuliskan huruf pertama dari nama depan dan nama tengah pengarang, diikuti
nama belakangnya.
3) Penulisan tahun terbit, dalam standar internasional, tahun terbit ditulis
dalam kurung. Namun, sesuai standar Bahasa Indonesia yang baku, tahun terbit
ditulis tanpa tanda kurung. Selain itu, tahun terbit bisa ditulis setelah nama
penulis, tetapi juga bisa ditulis dibagian akhir setelah nama penerbit.
7. Penyuntingan naskah
Dalam menulis buku, penulis juga berkewajiban
menyelaraskan isi, bahasa, dan alur pikiran materi sebelum naskahnya dikirimkan
penerbit. Tentu itu bukan berarti bahwa naskahnya akan diterima begitu saja
oleh penerbit tanpa dikutak-katik dan langsung diterbitkan begitu saja.
Dipenerbit, ada penyunting (biasa disebut editor) yang berhak meluruskan dan
menyelaraskan isi dan bahasa naskah itu, misalnya dengan menghapus
bagian-bagian yang dianggap tidak mendukung dan sebaliknya menambahkan
bagian-bagian yang perlu ditambahkan.
8. Kelengkapan naskah
Naskah adalah draf yang isinya sudah lengkap bagi
penulis. Penulis perlu melengkap draf yang belum lengkap agar menjadi naskah
yang siap dikirimkan kepenerbit. Berikut ini cakupan standar isi buku:
a. Sampul buku, pada sampul buku terdapat judul buku, nama penulis,
kadang-kadang ada nama editor atau penerjemah, gambar desain atau foto, logo
penerbit.
b. Halaman romawi, ialah beberapa halaman buku yang ditulis dengan angka
romawi, terhitung dari halaman judul. Halaman romawi ini merupakan bagian
pembuka buku. Isi halaman romawi adalah halaman pancir, halaman kosong, halaman
judul, halaman hak cipta, halaman persembahan, halaman kata pengantar (prakata)
atau pendahuluan, halaman ucapan terimakasih, halaman rekomendasi, halaman
course design (khusus untuk buku teks/pelajaran atau life skill), dan halaman
daftar isi.
c. Bagian utama (batang tubuh) buku, terdiri dari unit, lalu bab, kemudian
subbab, dan akhirnya sub-subbab.
d. Bagian penutup, berisi antara lain indeks buku, daftar
istilah/kata/ungkapan/singkatan, daftar pustaka, foto dan biodata, resume, atau
riwayat hidup penulis.
e. Sampul belakang, umumnya terdapat hal-hal antara lain sinopsis, ISBN, nama
dan alamat penerbit, dan testimoni yang berisi komentar orang-orang.
9. Uji kelayakan
Uji kelayakan dilakukan untuk mengetahui
apakah sebuah buku layak dibaca oleh pembaca yang disasarnya, juga seberapa
jauh gagasan yang termuat didalam buku itu bisa di tularkan kepada pembacanya.
Uji kelayakan ini terdiri dari uji lapangan dan uji ahli.
10. Pengajuan naskah kepenerbit
Setiap penerbit mempunyai prioritas untuk
menerbitkan buku tertentu. Setiap penerbit juga mempunyai keunggulan atau
spesialisai dalam hal-hal tertentu. Berikut ini adalah beberapa cara pengajuan
kepenerbit:
a. Proposal, untuk mempermudah penerbit dalam mempelajari naskah yang kita
kirimkan, sabaiknya kita melampirkan proposal pengajuan naskah beserta naskah
yang akan kita kirimkan.
b. Naskah, selain dalam wujud proposal, naskah juga bisa dikirim dalam bentuk
menuskrip, yaitu naskah yang sudah berbentuk draf buku dan isinya sudah lengkap
bagi si penulis.
11. Tanggapan penerbit
Tanggapan penerbit pada umumnya adalah: (1)
menyetujui (2) menyetujui dengan syarat (3) menolak. Untuk sampai pada
keputusan ini, bagaimanapun juga tetap dibutuhkan waktu. Lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh masing-masing penerbit tidak sama. Ada yang membutuhkan hanya
seminggu, sebulan, atau bahkan tiga bulan. Yang jelas, penulis mesti sabar
menunggu. Harus diingat bahwa dalam proses menunggu tersebut tentu saja penulis
boleh mengirimkan naskahnya kebeberapa penerbit agar ia tidak membuang waktu.
12. Proses penerbitan
Penerbit adalah badan usaha yang mempertemukan
penulis yang memiliki modal berupa naskah mentah dengan pembaca yang
membutuhkan buku yang bagus. Berbeda dengan percetakan yang hanya melakukan
perbanyakan naskah semata, penerbit melakukan pengolahan naskah. Jadi,
sebelum naskah dicetak, penerbit
melakukan proses pengeditan (penyuntingan), baik dalam hal materi maupun
bahasa. Kemudian, penerbit juga melakukan proses setting, yaitu menata letak
naskah mentah menjadi buku yang didesain dengan apik, dan penerbit juga
melakukan penambahan ilustrasi dan foto untuk membuat buku semakin menarik,
terakhir penerbit memiliki tim pemasaran yang akan mendistribusikan buku
kewilayah-wilayah kekuasaannya.[12]
E. Contoh dari Buku Ilmiah
Dibawah ini adalah contoh dari buku
ilmiah;
Judul :
Ideologi Pendidikan Islam
Nama pengarang : Prof.
Dr. Achmadi
Penerbit :
Pustaka Pelajar
Tahun terbit :
2010
Kehadiran buku Ideologi
Pendidikan Islam ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif
landasan pendidikan ditengah-tengah membanjirnya berbagai ideologi
kontemporer seperti pluralisme. Konsep
pendidikan islam secara normatif syarat dengan
nilai-nilai transcendental-ilahiah dan insniah. Semua itu dapat diwadahi dengan bingkai
besar yang disebut humanisme teosentris. Nilai-nilai yang humanisme teosentris
itu diangkat sebagai perangkat ideologi pendidikan islam. Sebuah ideologi
lazimnya memiliki kekuatan mengikat dan mendorong seseorang atau kelompok
masyarakat yang meyakini kebenaran nilai yang menjadi cita-cita ideologi
tersebut untuk memperjuangkannya.
IV. PENUTUP/KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
Ø Buku ilmiah adalah suatu buku yang berisi pemaparan dan pembabaran suatu
bidang ilmu pengetahuan. Umumnya didasarkan pada remise, asumsi, hipotesa atau
tesa, metodologi ilmiah yang digunakan dan paradigma yang jelas. Dalam buku
ilmiah akan tampak struktur berpikir penulisnya.
Ø Tujuan penulisan buku ilmiah yaitu belajar
mengetahui ilmu pengetahuan, belajar
melatih keterampilan, belajar mandiri, dan belajar
hidup bersama dengan masyarakat.
Ø Ruang lingkup buku ilmiah yaitu memulai penulisan buku, hal yang perlu dan
tidak perlu dilakukan dalam penulisan buku, aspek teknis dan bahasa dalam
menulis buku, pengelolaan naskah dan penerbitan, bagaimana berinteraksi dengan
penerbit, berbagi pengalaman menulis buku, dan praktik.
Ø Langkah penyusunan buku ilmiah, antara lain menentukan tema, topik, dan
judul buku, mengembangkan kerangka buku, mengembangkan bab, mengembangkan
subbab, pengutipan, penulisan daftar pustaka, penyuntingan naskah, kelengkapan
naskah, uji kelayakan, pengajuan naskah kepenerbit, tanggapan penerbit, dan
proses penerbitan.
Demikian
makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Danim, Sudarwan. Karya Tulis Inovatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2010.
Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S. Komaruddin. Kamus Istilah Karya Tulis
Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006.
Leo, Sutanto. Kiat Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku. Jakarta:
Erlangga. 2010.
Rosyadi, A. Rahmat. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2008.
Suwarno,Wiji. Perpustakaan dan Buku Wacana Penulisan dan Penerbitan.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media. 2011.
Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2009.
[1]
Wiji Suwarno, Perpustakaan dan Buku Wacana Penulisan
dan Penerbitan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hlm. 49-50.
[2] Prof. Komaruddin dan Dra. Yooke Tjuparmah S.
Komaruddin, M.Pd., Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006), cet. ketiga, hlm. 35.
[3]
Sutanto Leo, Kiat
Jitu Menulis dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 29-30.
[4]
A. Rahmat Rosyadi, Menjadi Penulis Profesional Itu
Mudah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 28-29.
[5]
Prof.Dr. Sudarwan Danim, Karya Tulis Inovatif, (Bandung;
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 32-33.
[6]
H. Bahdin Nur Tanjung, SE., MM. dan Drs. H. Ardial,
M.Si., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), cet. keempat, hlm.19.
[7] A. Rahmat Rosyadi, op.cit., hlm. 31-32.
[8] Sutanto Leo, op.cit., hlm.55.
[9] Ibid., hlm. 58-59
[10] Ibid., hlm. 67-69
[11] Ibid., hlm. 80-82
[12] Ibid., hlm. 158
BalasHapusDear Ms. Umi Mukaromah,
Thank you for reading and citing my ideas.
Sutanto Leo
makasih mbak ...
BalasHapussangat membantu
dek,, ni q mbk rofik mahad,,,
BalasHapustolong email q di rofiahbuku@gmail.com ya
makasih Mbak Umi
BalasHapussangat membantu
Terima kasih telah berbagi ilmu
BalasHapusDemi kebaikan kita semua ke depan..