Senin, 24 Juni 2013

METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM



METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Achmadi, M.A
Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg
Oleh:
Syamsul Arifin            123111151
Titik Inayah                 123111152
Triaji Rakhmawan       123111153
Ulfatul Qoyimah         123111154
Umi Kulsum                123111156
Umi Mukaromah         123111157
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
       I.      PENDAHULUAN
Metode pengajaran memegang peranan penting dalam mendukung keberhasilan pengajaran dan pendidikan. Pengajaran tampak lebih terkait dengan pemberian wawasan kognitif kepada peserta didik, yang selanjutnya dapat menimbulkan pengertian yang mendukung penghayatan dan pengamalan secara lebih mantap. Dengan demikian pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan untuk tercapainya tujuan pengajaran sangat ditentukan oleh metode yang diterapkan.
Islam sebagai ajaran yang bersifat terbuka, menghargai pendapat manusia atau ijtihad, berorientasi kepada sekarang dan masa depan dan progresif sangat mendukung adanya upaya-upaya ijtihad dalam bidang metode pengajaran. Pada makalah ini akan dibahas metode pendidikan dalam perspektif islam.

    II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian metode pendidikan dalam perspektif islam?
B.     Apa saja macam-macam metode pendidikan dalam perspektif islam?
C.     Apa saja faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pendidikan?
D.    Apa saja tujuan, tugas, dan fungsi metode pendidikan dalam perspektif islam?

 III.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Secara harfiah “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method). Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Ia merupakan jawaban atas pertanyaan “bagaimana”.[1] Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu psikologi, manajemen, dan sosiologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya dengan metode karena didalamnya dijumpai pembahasan tentang jiwa dan perkembangan manusia sebagai salah satu pertimbangan dalam menyampaikan teori, konsep dan wawasan kepadanya.
Metode yang terkait dengan menyampaikan teori, konsep, dan wawasan yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu tersebut dinamai metode pengajaran. Sedangkan ilmu yang mengkaji secara mendalam tentang berbagai metode yang terkait dengan pengajaran tersebut dinamai metodologi pengajaran.[2]
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.[3] Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah.
Dalam penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Disamping itu, pendidikpun perlu memahami metode-metode intruksional yang aktual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Al-Qur’an disebut dengan pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqob). Selain kedua hal tersebut, bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan alam sekitarnya (QS. Fushshilat: 53, al-Ghasyiyah: 17-21), mendorong peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari (QS. Al-Ankabut: 45, Thaha: 132, Al-Baqarah: 183). Seorang pendidikpun perlu mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini bahwa islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya, serta memberi peserta didik dengan praktik amaliah yang benar serta  pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.[4]

B.     Macam-Macam Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, terdapat sejumlah metode yang dikemukakan para ahli. Yaitu metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, karyawisata, penugasan, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, eksperimen, penemuan dan proyek atau unit. Macam-macam metode pengajaran ini secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung dihadapan peserta didik. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan.
Ceramah akan berhasil apabila mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistemik, menggairahkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merespons serta memotivasi belajar yang kuat dari peserta didik. Pada akhir ceramah perlu disampaikan kesimpulan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, memberikan tugas kepada peserta didik serta adanya penilaian akhir.

2.      Metode Tanya Jawab
Menurut sejarahnya metode Tanya jawab termasuk metode yang tertua. Socrates yang hidup pada tahun 469-399 SM misalnya, telah menerapkan metode Tanya jawab ini dalam mengembangkan pemikiran filsafatnya serta dalam mengajarkannya kepada masyarakat yunani saat itu.
Metode ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan dari bahan pelajaran yang akan diajarkan dan mengajukan pertanyaan. Metode ini banyak digunakan karena dapat menarik perhatian, memacu keberanian, merangsang daya piker, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara serta dari Tanya jawab tersebut guru mengetahui kemampuan siswa secara objektif. Disisi lain metode ini juga menimbulkan rasa takut pada peserta didik tertentu.[5]

3.      Metode Demonstrasi
Metode demontrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik, yang dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau oleh anak didik. Pada metode demonstrasi Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam. Apabila anak didik sendiri ikut berperan aktif dalam sesuatu percobaan tersebut, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang melekat pada pikirannya dan ini sangat berguna dalam pengembangan kecakapan.[6]

4.      Metode Eksperimen
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu sepert pelajaran yang berhubungan dengan alam, kimia, dan sejenisnya. Biasanya terhadap ilmi-ilmu alam yang di dalam penelitian menggunakan metode yang sifatnya objektif. Eksperimen ini dapat dilakukan didalam kelas, diluar kelas ataupun didalam laboratorium tertentu.[7]

5.      Metode Pemberian Tugas
Suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil dari tugas tersebut diperiksa oleh guru dan peserta didik mempertanggung jawabkannya. Tanggung jawab itu berupa menjawab test yang diberikan oleh guru baik secara lisan ataupun tertulis.[8] Yang terpenting dalam metode ini adalah melatih peserta didik agar dapat berfikir kritis, bebas dan ilmiah sehingga dapat memecahkan problem yang dihadapinya dan dapat mengatasi serta mempertanggung-jawabkannya.

6.      Metode Sosiodrama
Drama atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun para pelakunya harus memahami lebih dahulu tentang peran masing-masing yang akan dibawakannya.
Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih  dahulu. Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu. Tetapi dilaksanakan serti drama yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu memperoleh ketrampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Kesan dari drama yang dimainkannya sendiri akan besar pengaruhnya kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang langsung berperan dalam sandiwara, maupun yang menyaksikan.

7.      Metode Diskusi
Metode ini erat kaitannya dengan metode-metode lainnya. Karena metode ini adalah bagian terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving).
Metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tetapi diskusi ini timbul karena ada suatu permasalahanyang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam. Untuk mengembangkan pikiran-pikiran dalam memecahkan masalah bersama dan kesanggupan untuk mendapatkan jawaban bersama, maka diskusi hendaknya dilaksanakan dengan baik dan objektif.

Masih banyak lagi metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan sesuai kebutuhan masing-masing dari suatu kegiatan belajar-mengajar.

C.    Faktor-Faktor yang Perlu di Pertimbangkan dalam Memilih Metode Pendidikan
Sebuah metode akan menjadi efektif apabial digunakan dengan mempertimbangkan berbagai faktor sebagai berikut:
1.      Faktor tujuan dan bahan pelajaran
Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Perbedaan tujuan ini menghendaki adanya perbedaan metode yang digunakan. Demikian pula, bahan pelajaran yang akan diajarkanpun harus menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode.
Islam memberikan panduan dan arahan tentang cara menggunakan metode dengan memperhatikan tujuan dan bahan pelajaran, yaitu berpadunya metode dan cara-cara dari segi tujuan dan alat, dengan jiwa ajaran dan akhlak islam yang mulia. Pendidik muslim, baik sebagai bapak, guru, labia atau da’i, mengambil tujuan-tujuan metode, prinsip dan alat-alatnya dari akhlak islam. Misalnya guru memulai pelajarannya dengan menyebut nama Allah dan memuji kepada-Nya, serta bersholawat yang mulia. Kemudian ditutupnya seperti sewaktu membukanya.[9]

2.      Faktor peserta didik
Omar Mohammad al-Toumiy al-Syaibani mengatakan: “maka diantara kewajiban guru muslim adalah bahwa ia memahami sepenuhnya kekuatan dan ciri-ciri bio-psikologis, yang bermakna sekumpulan kekuatan dan ciri-ciri jasmaniah dan psikologis yang mempengaruhi tingkah laku pelajar pada proses belajarnya. Seorang guru muslim wajib memelihara dan mempertimbangkan berbagai ciri-ciri peserta didik tersebut dalam kegiatan pengajarannya untuk menjamin kejayaan dalam pekerjaannya.

3.      Faktor Lingkungan
Perbedaan lingkungan harus pula menjadi pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran. Lingkungan dirumah, sekolah, masyarakat, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya berbeda-beda. Hal ini menghendaki adanya perbedaan dalam menggunakan metode pengajaran.

4.      Faktor alat dan sumber belajar
Alat belajar dengan berbagai macamnya dan juga bahan belajar yang tersedia dengan berbagai macamnya, harus jadi pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran. Hal ini perlu dilakukan, karena setiap metode menghendaki alat dan sumber yang berbeda-beda. Alat dan sumber belajar untuk metode ceramah misalnya, berbeda dengan alat dan sumber belajar untuk metode simulasi, eksperimen, dan sebagainya.

5.      Faktor kesiapan guru
Penggunaan setiap metode menuntut wawasan, keterampilan dan pengalaman guru yang akan menerapkannya. Penggunaan metode ceramah misalnya jauh lebih mudah daripada penggunaan metode diskusi dengan berbagai macamnya. Seorang guru yang tdak memiliki wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan metode tersebut, karena tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.[10]

D.    Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah mambuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.[11]

 IV.      KESIMPULAN
Setiap penggunaan metode-metode dalam pembelajaran akan menimbulkan akibat yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi saat pembelajaran berlangsung. Karena itu pemilihan metode pengajaran dan penggunaannya secara benar merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi hasil akhir dari suatu proses pembelajaran dan diharapkan guru sebagai pendidik mempunyai kemampuan untuk memilih dan menentukan metode mana yang digunakan ketika hendak mengajar.

    V.      PENUTUP
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah, et all.. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul dan  Jusuf Mudzakkir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nata, Abuddin. 2011.  Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.




[1] Dr. Zakiah Daradjat, et all., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. kedua, hlm. 1
[2] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), edisi pertama cet. kedua, hlm. 176
[3] Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), edisi pertama cet. ketiga, hlm. 165
[4] Ibid., hlm. 166
[5] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., op.cit., hlm. 181-183
[6] Dr. Zakiah Daradjat, et all., op.cit., hlm. 296-297
[7] Ibid., hlm. 295
[8] Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. kelima, hlm. 329
[9] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., op.cit. hlm. 199-200
[10] Ibid., hlm. 200-202
[11] Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si., op.cit., hlm. 167-168

METODE DEMONSTRASI



METODE DEMONSTRASI
MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : HADITS
Dosen Pengampu : H. Darmuin, M.Ag
Kelas : PAI 2D
Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg

Oleh:
Umi Mukaromah         123111157

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
       I.       PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan yang kita dapatkan adalah di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Kita mungkin saja dapat menemukan suatu pendidikan yang sempurna, serta menerapkan strategi pemanfaatan potensi sesempurna mungkin. Akan tetapi semua ini masih memerlukan realisasi edukatif. Pelaksanaan itu memerlukan seperangkat metode dan tindakan pendidikan untuk mencapai apa yang diharapkan. Ini semua hendaknya ditata dalam suatu pendidikan yang menyeluruh dan terbaca dalam rangka tindakan dan perilaku yang konkrit. Ada banyak metode yang digunakan dalam proses pendidikan. Salah satunya adalah metode demonstrasi. Untuk itu dalam pembahasan kali ini kami akan menyajikan bahan diskusi tentang metode demonstrasi.  Untuk  lebih jelasnya mari kita bahas makalah ini.

    II.       RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimanakah bunyi hadits Abi Qilabah tentang metode demonstrasi?
B.  Apa pengertian metode demonstrasi?
C.  Apa maksud dari hadits Abi Qilabah tentang metode demonstrasi?

 III.       PEMBAHASAN
A.  Hadits Abi Qilabah tentang Metode Demonstrasi
عَنْ أَبِيْ قِلاَ بَةَ قَالَ حَدَّ ثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُوْنَ فَأَ قَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِيْنَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيْمًا رَفِيْقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ ا شْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ ا شْتَقْنَا سَأَ لنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَ خْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوْا إِلَى أَهْلِيْكُمْ فَأَ قِيْمُوا فِيْهِمْ وَعَلِّمُوْهُمْ وَمُرُوْهُمْ وَذَكَرَأَشْيَاءَ أَخْفَظُهَا أَوْ لاَ أَخْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيُؤَمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ  ( رواه البخاري )
Artinya: Dari Abi Qilabah, dia berkata: Malik telah bercerita kepada kami, kami datang kepada Nabi SAW, kami adalah para pemuda yang akrab sekali. Kami tinggal bersama Nabi selama 20 hari. Dan Nabi adalah seorang yang penyayang serta lemah lembut. Suatu ketika Nabi yakin kami rindu pada keluarga kami dan kami benar-benar menginginkannya. Nabi bertanya kepada kami tentang apa yang kami ajarkan setelah keberadaan kami di sana. Maka Malik meneruskan cerita tadi, Nabi bersabda “ pulanglah kalian kepada keluarga kalian, kemudian rawatlah mereka, ajarilah mereka dan perintahkanlah mereka. Dan Nabi berpesan sesuatu yang lebih harus aku jaga dan yang tidak harus aku jaga. Dan shalatlah kalian semuanya, sebagaimana aku shalat. Dan apabila telah datang waktu shalat, maka adzanlah salah satu diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian jadikanlah imam.” (HR. Bukhari)

B.  Pengertian Metode Demontrasi
Kata demonstrasi diambil dari “demonstration” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. Adapun yang dimaksud dengan metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.[1] Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.[2]
Berbeda dengan metode eksperimen, metode demonstrasi titik tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu, sementara metode eksperimen adalah melakukan percobaan/praktik langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Perbedaan lainnya adalah metode demonstrasi dilakukan oleh guru terlebih dahulu, baru diikuti oleh siswa, sedangkan metode eksperimen dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama.[3]
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi ini contohnya digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudhu, shalat, memandikan jenazah, dan sebagainya.
Kelebihan dari metode ini diantaranya adalah sebagai berikut:
·      Perhatian dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap dapat diamati.
·      Pemrosesan dalam menyelesaikan permasalahan akan lebih terarah
·      Merangsang seseorang untuk lebih aktif dalam proses menuju kebaikan
·      Menambah pengalaman
·      Mengurangi kesalahpahaman suatu permasalahan karena lebih jelas dan konkrit
·      Dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul didalam pikiran seseorang karena berperan secara langsung

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode tersebut, maka dalam bidang studi agama, banyak hal-hal yang dapat didemonstrasikan terutama dalam bidang ibadah. Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut harus mencoba mendemonsrasikan didepan orang lain yang belum tahu.

C.  Maksud dari Hadits Abi Qilabah tentang Metode Demonstrasi
Maksud dari hadits diatas adalah mengenai metode peragaan yang mana dalam kalimat hadits terakhir, “Dan shalatlah kalian semuanya, sebagaimana aku shalat. Dan apabila telah datang waktu shalat, maka adzanlah salah satu diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian jadikanlah imam”. Kembali pada pengertian metode demonstrasi diatas, telah jelas bahwa cara mengajar seorang pengajar apabila menggunakan metode ini lebih tepat. Contohnya mengenai permasalahan tentang ibadah, yang mana apabila seorang guru menggunakan metode ceramah ataupun yang lain, maka kurang tepat. Dapat dikarenakan masalah ini dalam menjelaskan kepada murid harus menggunakan gerakan- gerakan atau peragaan.

   IV.     SIMPULAN
Hadits dari Abu Qilabah tersebut berisi tentang mendukung digunakannya metode peragaan dan demontrasi yang mana Rasulullah memerintah shalatlah kalian semua seperti aku sholat dan seterusnya. Itu merupakan metode yang digunakan para pendidik sekarang.

      V.     PENUTUP
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.

Ramayulius. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.




[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 190
[2] Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 281

[3] Armai Arief, Loc. cit.