METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu: Prof. Dr. Achmadi, M.A
Oleh:
Syamsul
Arifin 123111151
Titik
Inayah 123111152
Triaji
Rakhmawan 123111153
Ulfatul
Qoyimah 123111154
Umi
Kulsum 123111156
Umi
Mukaromah 123111157
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Metode pengajaran memegang peranan penting dalam mendukung
keberhasilan pengajaran dan pendidikan. Pengajaran tampak lebih terkait dengan
pemberian wawasan kognitif kepada peserta didik, yang selanjutnya dapat
menimbulkan pengertian yang mendukung penghayatan dan pengamalan secara lebih
mantap. Dengan demikian pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, dan untuk tercapainya tujuan pengajaran sangat ditentukan oleh
metode yang diterapkan.
Islam sebagai ajaran yang bersifat terbuka, menghargai pendapat
manusia atau ijtihad, berorientasi kepada sekarang dan masa depan dan progresif
sangat mendukung adanya upaya-upaya ijtihad dalam bidang metode pengajaran.
Pada makalah ini akan dibahas metode pendidikan dalam perspektif islam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian metode pendidikan dalam perspektif islam?
B.
Apa
saja macam-macam metode pendidikan dalam perspektif islam?
C.
Apa
saja faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pendidikan?
D.
Apa
saja tujuan, tugas, dan fungsi metode pendidikan dalam perspektif islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Secara harfiah “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method).
Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja
ilmu pengetahuan. Ia merupakan jawaban atas pertanyaan “bagaimana”.[1] Metode
dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam
menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara
sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip
tertentu yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu terkait, terutama ilmu
psikologi, manajemen, dan sosiologi. Ilmu-ilmu tersebut erat kaitannya dengan
metode karena didalamnya dijumpai pembahasan tentang jiwa dan perkembangan
manusia sebagai salah satu pertimbangan dalam menyampaikan teori, konsep dan
wawasan kepadanya.
Metode yang terkait dengan menyampaikan teori, konsep, dan wawasan
yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu tersebut dinamai metode pengajaran.
Sedangkan ilmu yang mengkaji secara mendalam tentang berbagai metode yang
terkait dengan pengajaran tersebut dinamai metodologi pengajaran.[2]
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang
hakikat islam sebagai suprasistem.[3]
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk
memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode dengan
cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir,
serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah.
Dalam penggunaan metode pendidikan islam yang perlu dipahami adalah
bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya
dengan tujuan utama pendidikan islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman
yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Disamping itu,
pendidikpun perlu memahami metode-metode intruksional yang aktual yang
ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an, dan dapat
memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Al-Qur’an disebut dengan
pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqob). Selain kedua hal tersebut,
bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk menggunakan
akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan
alam sekitarnya (QS. Fushshilat: 53, al-Ghasyiyah: 17-21), mendorong peserta
didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanan dan
ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari (QS. Al-Ankabut: 45, Thaha: 132,
Al-Baqarah: 183). Seorang pendidikpun perlu mendorong peserta didik untuk
menyelidiki dan meyakini bahwa islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya,
serta memberi peserta didik dengan praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.[4]
B.
Macam-Macam Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin
dicapai, terdapat sejumlah metode yang
dikemukakan para ahli. Yaitu metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi,
karyawisata, penugasan, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, eksperimen,
penemuan dan proyek atau unit. Macam-macam metode pengajaran ini secara singkat
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Metode Ceramah
Metode
ceramah adalah cara penyajian pelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung dihadapan peserta didik.
Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan
garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang
akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan.
Ceramah
akan berhasil apabila mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari peserta didik,
disajikan secara sistemik, menggairahkan, memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk merespons serta memotivasi belajar yang kuat dari peserta didik.
Pada akhir ceramah perlu disampaikan kesimpulan, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya, memberikan tugas kepada peserta didik serta
adanya penilaian akhir.
2.
Metode Tanya Jawab
Menurut
sejarahnya metode Tanya jawab termasuk metode yang tertua. Socrates yang hidup
pada tahun 469-399 SM misalnya, telah menerapkan metode Tanya jawab ini dalam
mengembangkan pemikiran filsafatnya serta dalam mengajarkannya kepada
masyarakat yunani saat itu.
Metode
ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan dari bahan pelajaran yang akan
diajarkan dan mengajukan pertanyaan. Metode ini banyak digunakan karena dapat
menarik perhatian, memacu keberanian, merangsang daya piker, membangun
keberanian, melatih kemampuan berbicara serta dari Tanya jawab tersebut guru
mengetahui kemampuan siswa secara objektif. Disisi lain metode ini juga
menimbulkan rasa takut pada peserta didik tertentu.[5]
3.
Metode Demonstrasi
Metode
demontrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
anak didik, yang dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau oleh anak didik.
Pada metode demonstrasi Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat
yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam. Apabila anak didik
sendiri ikut berperan aktif dalam sesuatu percobaan tersebut, maka mereka akan
memperoleh pengalaman yang melekat pada pikirannya dan ini sangat berguna dalam
pengembangan kecakapan.[6]
4.
Metode Eksperimen
Metode
ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu sepert pelajaran yang
berhubungan dengan alam, kimia, dan sejenisnya. Biasanya terhadap ilmi-ilmu
alam yang di dalam penelitian menggunakan metode yang sifatnya objektif.
Eksperimen ini dapat dilakukan didalam kelas, diluar kelas ataupun didalam
laboratorium tertentu.[7]
5.
Metode Pemberian Tugas
Suatu
cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
peserta didik, sedangkan hasil dari tugas tersebut diperiksa oleh guru dan peserta
didik mempertanggung jawabkannya. Tanggung jawab itu berupa menjawab test yang
diberikan oleh guru baik secara lisan ataupun tertulis.[8] Yang
terpenting dalam metode ini adalah melatih peserta didik agar dapat berfikir
kritis, bebas dan ilmiah sehingga dapat memecahkan problem yang dihadapinya dan dapat mengatasi serta
mempertanggung-jawabkannya.
6.
Metode Sosiodrama
Drama
atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita
yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun
para pelakunya harus memahami lebih dahulu tentang peran masing-masing yang
akan dibawakannya.
Metode
sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak
disiapkan naskahnya terlebih dahulu.
Tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu.
Tetapi dilaksanakan serti drama yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan agar
peserta didik mampu memperoleh ketrampilan sosial sehingga diharapkan nantinya
tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Kesan
dari drama yang dimainkannya sendiri akan besar pengaruhnya kepada perkembangan
jiwa anak didik baik yang langsung berperan dalam sandiwara, maupun yang
menyaksikan.
7.
Metode Diskusi
Metode
ini erat kaitannya dengan metode-metode lainnya. Karena metode ini adalah
bagian terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving).
Metode
diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tetapi diskusi ini
timbul karena ada suatu permasalahanyang memerlukan jawaban atau pendapat yang
bermacam-macam. Untuk mengembangkan pikiran-pikiran dalam memecahkan masalah
bersama dan kesanggupan untuk mendapatkan jawaban bersama, maka diskusi
hendaknya dilaksanakan dengan baik dan objektif.
Masih
banyak lagi metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan sesuai kebutuhan
masing-masing dari suatu kegiatan belajar-mengajar.
C.
Faktor-Faktor yang
Perlu di Pertimbangkan dalam Memilih Metode Pendidikan
Sebuah metode akan menjadi efektif apabial digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai berikut:
1.
Faktor
tujuan dan bahan pelajaran
Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau
pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,
afektif, atau psikomotorik. Perbedaan tujuan ini menghendaki adanya perbedaan
metode yang digunakan. Demikian pula, bahan pelajaran yang akan diajarkanpun
harus menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode.
Islam memberikan panduan dan arahan tentang cara menggunakan metode
dengan memperhatikan tujuan dan bahan pelajaran, yaitu berpadunya metode dan
cara-cara dari segi tujuan dan alat, dengan jiwa ajaran dan akhlak islam yang
mulia. Pendidik muslim, baik sebagai bapak, guru, labia atau da’i, mengambil
tujuan-tujuan metode, prinsip dan alat-alatnya dari akhlak islam. Misalnya guru
memulai pelajarannya dengan menyebut nama Allah dan memuji kepada-Nya, serta
bersholawat yang mulia. Kemudian ditutupnya seperti sewaktu membukanya.[9]
2.
Faktor
peserta didik
Omar Mohammad al-Toumiy al-Syaibani mengatakan: “maka diantara
kewajiban guru muslim adalah bahwa ia memahami sepenuhnya kekuatan dan
ciri-ciri bio-psikologis, yang bermakna sekumpulan kekuatan dan ciri-ciri
jasmaniah dan psikologis yang mempengaruhi tingkah laku pelajar pada proses
belajarnya. Seorang guru muslim wajib memelihara dan mempertimbangkan berbagai ciri-ciri
peserta didik tersebut dalam kegiatan pengajarannya untuk menjamin kejayaan
dalam pekerjaannya.
3.
Faktor
Lingkungan
Perbedaan lingkungan harus pula menjadi pertimbangan dalam
menetapkan metode pengajaran. Lingkungan dirumah, sekolah, masyarakat,
perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya berbeda-beda. Hal ini menghendaki
adanya perbedaan dalam menggunakan metode pengajaran.
4.
Faktor
alat dan sumber belajar
Alat belajar dengan berbagai macamnya dan juga bahan belajar yang
tersedia dengan berbagai macamnya, harus jadi pertimbangan dalam menetapkan
metode pengajaran. Hal ini perlu dilakukan, karena setiap metode menghendaki
alat dan sumber yang berbeda-beda. Alat dan sumber belajar untuk metode ceramah
misalnya, berbeda dengan alat dan sumber belajar untuk metode simulasi,
eksperimen, dan sebagainya.
5.
Faktor
kesiapan guru
Penggunaan setiap metode menuntut wawasan, keterampilan dan
pengalaman guru yang akan menerapkannya. Penggunaan metode ceramah misalnya
jauh lebih mudah daripada penggunaan metode diskusi dengan berbagai macamnya.
Seorang guru yang tdak memiliki wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam
menggunakan metode tersebut, karena tidak akan berjalan sebagaimana yang
diharapkan.[10]
D.
Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk
menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi
ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan
transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik
pendidikan islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar
mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan
kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik
motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian
itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan
keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar
berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar
antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu, dalam uraian tersebut
ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada
peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta
didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi
prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan
pendidikan yang terealisasi melalui keterangan dan pengetahuan agar siswa
mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta
meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode tersebut
adalah mambuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma
yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor
tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.[11]
IV.
KESIMPULAN
Setiap penggunaan metode-metode dalam pembelajaran akan menimbulkan
akibat yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan disesuaikan dengan
kondisi saat pembelajaran berlangsung. Karena itu pemilihan metode pengajaran
dan penggunaannya secara benar merupakan hal yang sangat penting karena akan
mempengaruhi hasil akhir dari suatu proses pembelajaran dan diharapkan guru
sebagai pendidik mempunyai kemampuan untuk memilih dan menentukan metode mana
yang digunakan ketika hendak mengajar.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah ini penulis susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi perbaikan makalah
yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. 2008. Metodologi Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah, et all.. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2010. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nata,
Abuddin. 2011. Perspektif Islam
tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Kalam Mulia.
[1]
Dr. Zakiah
Daradjat, et all., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), cet. kedua, hlm. 1
[2]
Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, M.A., Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), edisi pertama cet. kedua, hlm. 176
[3]
Prof. Dr. Abdul
Mujib, M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si., Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), edisi pertama cet. ketiga, hlm. 165
[4]
Ibid., hlm. 166
[5]
Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, M.A., op.cit., hlm. 181-183
[6]
Dr. Zakiah
Daradjat, et all., op.cit., hlm. 296-297
[7]
Ibid., hlm. 295
[8]
Prof. Dr.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008),
cet. kelima, hlm. 329
[9]
Prof. Dr. H.
Abuddin Nata, M.A., op.cit. hlm. 199-200
[10]
Ibid., hlm.
200-202
[11]
Prof. Dr. Abdul
Mujib, M.Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si., op.cit., hlm. 167-168