Senin, 24 Juni 2013

REVIEW Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan



REVIEW BUKU
Nama                           : Umi Mukaromah
NIM                            : 123111157
Judul Buku                  : Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan
Judul Penulis               : Peningkatan Kualitas Pesantren di Era Globalisasi
Penulis                         : Umiarso, M.Pd.I. dan H.Nur Zazin, MA.
Penerbit                       : RaSAIL Media Group
Tahun terbit                 : 2011
Tebal Halaman            : xxxii + 256 halaman

PENINGKATAN KUALITAS PESANTREN DI ERA GLOBALISASI
            Saat ini, pendidikan di Indonesia sedang di hadapkan pada suasana yang kompleks. Secara kuantitas di mana- mana tumbuh subur berbagai lembaga yang mengatas namakan lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar, menengah, perguruan tinggi, sampai kursus- kursus bahkan yang berlabelkan pondok pesantren. Namun, kemajuan kuantitas lembaga- lembaga pendidikan tersebut tidak di barengi dengan kemajuan kualitas/ mutu, yakni kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan serius bangsa. Persoalan ini semakin paralel dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang sedang di hadapkan pada problem sekaligus tantangan global.
            Seperti yang kita lihat di sekitar kita, banyak sekali sekolah- sekolah yang lebih mengutamakan kuantitas dari kualitas. Contohnya, Ujian Nasional (UN) hanya di anggap sebagai kertas yang berisi soal- soal  dan tidak mempunyai peran apa- apa. Sehingga para peserta didik bahkan para pendidik berjuang dengan keras tenaga untuk melakukan berbagai kecurangan demi meraih predikat ‘LULUS’. Kata tersebut menjadi sebuah kebanggaan tanpa memikirkan seberapa bermutunya pendidikan yang telah di tempuh, apakah dapat memberikan manfaat, atau apakah dapat di realisasikan dalam keberlangsungan hidup. Masyarakatpun memiliki pandangan bahwa pendidikan itu hanya untuk mengejar selembar sertifikat atau ijazah yang di akui.
            Mensoroti beberapa kasus yang terjadi di Indonesia maka sangat di butuhkan peran problem solving yang memiliki strategi jitu agar dapat bersaing dengan baik di era globalisasi ini. Dengan demikian maka akan lahir manusia- manusia pemikir yang cerdas, berkarakter, kreatif, dan imajinatif. Yang mana akan menjadi agent social of change dan tidak akan ada lagi pengangguran berpendidikan. Kemudian dalam konteks keagamaan, pesantren sebagai lembaga pendidikan Indonesia juga harus mampu bersaing dalam menghadapi era modern. Selain dapat mencetak santri- santri yang memiliki unggah ungguh dan memiliki jiwa tawadhu’ yang tinggi, santri juga harus mampu mengasah ide- ide dan ilmu pengetahuannya sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
            Beberapa puluh tahun yang lalu pesantren di Indonesia di anggap sebagai pendidikan yang berkualitas oleh masyarakat. Namun, jika kita amati sekarang minat masyarakat terhadap pesantren semakin sedikit atau malah di pandang sebelah mata. Karena mereka beranggapan bahwa pendidikan pesantren tidak memiliki orientasi ke depan. Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih model pendidikan yang lulusannya siap bekerja di dunia industri, perkantoran atau menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sementara itu pondok pesantren selama ini memang dikhususkan untuk mencetak ulama guna mengembangkan agama saja sehingga kurang mampu memenuhi tuntutan pasaran kerja masyarakat modern yang berbasiskan skill, ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi modern.  Menanggapi problem tersebut maka di dirikanlah sekolah- sekolah umum berbasis islam yang berada di bawah naungan pesantren atau sering di sebut dengan pondok modern. Jadi santri- santri tidak hanya mempelajari kitab- kitab atau masalah- masalah tentang agama tetapi juga mempelajari ilmu- ilmu umum. Jenjangnya pun mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
            Contoh dari pesantren yang berbasis modern adalah Pondok Darussalam Gontor Ponorogo dan masih banyak pesantren- pesantren lain, atau tidak perlu meneropong jauh- jauh, hanya menengok ke IAIN Walisongo Semarang. IAIN Walisongo adalah perguruan tinggi islam yang mana bernaunglah sebuah asrama yang dinamakan Ma’had Walisongo. Ma’had Walisongo tidak hanya sekadar asrama untuk mahasiswa tapi sebuah tempat yang mengarahkan mahasiswa untuk berfikir lebih maju dengan wawasannya yang global dilengkapi dengan akhlakul karimah dan jiwa qur’ani. Di sana mahasiswa di latih mengenai management waktu, management prioritas dan taqorrub ilallah.
            Ma’had Walisongo adalah asrama terbaik kategori perguruan tinggi islam  se Indonesia dengan program- program yang berkualitas. Mahasiswa tidak hanya belajar tiga unsur yang telah di sebutkan di atas tetapi juga mengunggulkan penggunaan bahasa internasional yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Kedua bahasa tersebut akan sangat bermanfaat ketika kita memiliki kesempatan untuk berkompetisi dalam menempuh pendidikan di luar negeri. Pembacaan kitab kuning yang telah menjadi culture pesantrenpun tidak di tiadakan, sehingga mahasiswa juga dapat mempelajari kitab- kitab seperti pondok pesantren yang berkembang dahulu (salaf). Hanya saja dalam pembacaannya tidak menggunakan Bahasa Jawa tetapi Bahasa Indonesia. Hal ini sebagai wujud toleransi bagi mahasiswa- mahasiswa yang berasal dari luar Jawa.
            Demikianlah salah satu contoh wujud peningkatan mutu dan kualitas pesantren di era modern ini. Adapun tujuannya adalah menciptakan dan mencetak out-put generasi muda yang profesional dan bermutu tinggi. Adanya kemampuan mempertahankan tradisi lama yang baik yang disertai dengan keterbukaan untuk menerima hal-hal baru inilah yang akan mengembalikan kejayaan Islam, bukan hanya dalam aspek ritual saja tetapi eksistensi Islam akan terus memberi warna danmenerangi dunia dalam kegelapan di  bidang pendidikan, sosial, budaya, dan sebagainya. . Hanya dengan demikian pesantren akan melahirkan ulama yang bukan hanya menguasai ilmu agama saja tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dibutuhkan oleh manusia di masa sekarang dan masa yang akan datang dan meraih kesempurnaan Islam sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat bagi seluruh umat manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar