REVIEW
BUKU
Nama : Umi Mukaromah
NIM : 123111157
Judul
Buku : Pesantren di
Tengah Arus Mutu Pendidikan
Judul
Penulis : Peningkatan Kualitas
Pesantren di Era Globalisasi
Penulis : Umiarso, M.Pd.I. dan
H.Nur Zazin, MA.
Penerbit : RaSAIL Media Group
Tahun
terbit : 2011
Tebal
Halaman : xxxii + 256 halaman
PENINGKATAN
KUALITAS PESANTREN DI ERA GLOBALISASI
Saat ini, pendidikan di Indonesia
sedang di hadapkan pada suasana yang kompleks. Secara kuantitas di mana- mana
tumbuh subur berbagai lembaga yang mengatas namakan lembaga pendidikan, mulai
dari tingkat dasar, menengah, perguruan tinggi, sampai kursus- kursus bahkan
yang berlabelkan pondok pesantren. Namun, kemajuan kuantitas lembaga- lembaga
pendidikan tersebut tidak di barengi dengan kemajuan kualitas/ mutu, yakni
kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan serius bangsa. Persoalan ini
semakin paralel dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini yang sedang di
hadapkan pada problem sekaligus tantangan global.
Seperti yang kita lihat di sekitar
kita, banyak sekali sekolah- sekolah yang lebih mengutamakan kuantitas dari
kualitas. Contohnya, Ujian Nasional (UN) hanya di anggap sebagai kertas yang
berisi soal- soal dan tidak mempunyai peran
apa- apa. Sehingga para peserta didik bahkan para pendidik berjuang dengan
keras tenaga untuk melakukan berbagai kecurangan demi meraih predikat ‘LULUS’.
Kata tersebut menjadi sebuah kebanggaan tanpa memikirkan seberapa bermutunya
pendidikan yang telah di tempuh, apakah dapat memberikan manfaat, atau apakah
dapat di realisasikan dalam keberlangsungan hidup. Masyarakatpun memiliki
pandangan bahwa pendidikan itu hanya untuk mengejar selembar sertifikat atau
ijazah yang di akui.
Mensoroti beberapa kasus yang
terjadi di Indonesia maka sangat di butuhkan peran problem solving yang
memiliki strategi jitu agar dapat bersaing dengan baik di era globalisasi ini.
Dengan demikian maka akan lahir manusia- manusia pemikir yang cerdas,
berkarakter, kreatif, dan imajinatif. Yang mana akan menjadi agent social of
change dan tidak akan ada lagi pengangguran berpendidikan. Kemudian dalam
konteks keagamaan, pesantren sebagai lembaga pendidikan Indonesia juga harus
mampu bersaing dalam menghadapi era modern. Selain dapat mencetak santri-
santri yang memiliki unggah ungguh dan memiliki jiwa tawadhu’ yang tinggi,
santri juga harus mampu mengasah ide- ide dan ilmu pengetahuannya sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.
Beberapa puluh tahun yang lalu
pesantren di Indonesia di anggap sebagai pendidikan yang berkualitas oleh
masyarakat. Namun, jika kita amati sekarang minat masyarakat terhadap pesantren
semakin sedikit atau malah di pandang sebelah mata. Karena mereka beranggapan
bahwa pendidikan pesantren tidak memiliki orientasi ke depan. Sehingga masyarakat cenderung lebih memilih model pendidikan yang
lulusannya siap bekerja di dunia industri, perkantoran atau menjadi Pegawai
Negeri Sipil. Sementara itu pondok pesantren selama
ini memang dikhususkan untuk mencetak ulama guna mengembangkan agama saja
sehingga kurang mampu memenuhi tuntutan pasaran kerja masyarakat modern yang
berbasiskan skill, ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi modern.
Menanggapi problem tersebut maka di dirikanlah sekolah- sekolah
umum berbasis islam yang berada di bawah naungan pesantren atau sering di sebut
dengan pondok modern. Jadi santri- santri tidak hanya mempelajari kitab- kitab
atau masalah- masalah tentang agama tetapi juga mempelajari ilmu- ilmu umum.
Jenjangnya pun mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Contoh dari pesantren yang berbasis
modern adalah Pondok Darussalam Gontor Ponorogo dan masih banyak
pesantren- pesantren lain, atau tidak perlu meneropong jauh- jauh, hanya
menengok ke IAIN Walisongo Semarang. IAIN Walisongo adalah perguruan tinggi
islam yang mana bernaunglah sebuah asrama yang dinamakan Ma’had Walisongo.
Ma’had Walisongo tidak hanya sekadar asrama untuk mahasiswa tapi sebuah tempat
yang mengarahkan mahasiswa untuk berfikir lebih maju dengan wawasannya yang
global dilengkapi dengan akhlakul karimah dan jiwa qur’ani. Di sana mahasiswa
di latih mengenai management waktu, management prioritas dan taqorrub
ilallah.
Ma’had Walisongo adalah asrama
terbaik kategori perguruan tinggi islam se
Indonesia dengan program- program yang berkualitas. Mahasiswa tidak hanya
belajar tiga unsur yang telah di sebutkan di atas tetapi juga mengunggulkan
penggunaan bahasa internasional yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Kedua bahasa tersebut akan sangat bermanfaat ketika kita memiliki kesempatan untuk
berkompetisi dalam menempuh pendidikan di luar negeri. Pembacaan kitab kuning
yang telah menjadi culture pesantrenpun tidak di tiadakan, sehingga mahasiswa
juga dapat mempelajari kitab- kitab seperti pondok pesantren yang berkembang
dahulu (salaf). Hanya saja dalam pembacaannya tidak menggunakan Bahasa Jawa
tetapi Bahasa Indonesia. Hal ini sebagai wujud toleransi bagi mahasiswa-
mahasiswa yang berasal dari luar Jawa.
Demikianlah salah satu contoh wujud
peningkatan mutu dan kualitas pesantren di era modern ini. Adapun tujuannya
adalah menciptakan dan mencetak out-put generasi muda yang profesional dan
bermutu tinggi. Adanya
kemampuan mempertahankan tradisi lama yang baik yang disertai dengan keterbukaan
untuk menerima hal-hal baru inilah yang akan mengembalikan kejayaan Islam,
bukan hanya dalam aspek ritual saja tetapi eksistensi Islam akan terus memberi
warna danmenerangi dunia dalam kegelapan di bidang pendidikan, sosial, budaya, dan
sebagainya. . Hanya dengan
demikian pesantren akan melahirkan ulama yang bukan hanya menguasai ilmu agama
saja tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang
dibutuhkan oleh manusia di masa sekarang dan masa yang akan datang dan meraih kesempurnaan
Islam sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat bagi seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar