Sabtu, 20 Desember 2014

ISLAM DI EROPA


ISLAM DI EROPA

Disusun Oleh: 
Umi Mukaromah



I.       PENDAHULUAN
Di awal abad ke-7 masehi, ketika Nabi Muhammad memulai misinya di negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia masyarakat Kristen, yaitu sepanjang Eropa, Asia, dan pantai Afrika Utara.[1] Setelah berakhirnya periode klasik, ketika Islam mulai memasuki kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kemajuan-kemajuan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, hal itulah yang mendukung keberhasilan politiknya.
Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah, Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di beberapa perguruan tinggi di sana. Islam menjadi guru bagi Eropa. Oleh karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
II.    RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana masuknya Islam di Eropa?
B.     Bagaimana perkembangan Islam di Eropa?
C.     Bagaimana pengaruh peradaban Islam di Eropa?
III. PEMBAHASAN
A.    Masuknya Islam di Eropa
Eropa diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.[2] Pada tahun 27 H, Utsman memerintahkan Abdullah ibn Nafi ibn Abdi Qais dan Abdullah ibn Nafi ibn Hushayn untuk menyerang Andalusia dari laut. Utsman juga menulis surat kepada pasukan yang berangkat ke sana yang berbunyi: “Konstantinopel dapat ditaklukkan dari laut. Jika kalian berhasil menaklukkan Andalusia, kalian mendapat pahala di akhirat seperti mereka yang menaklukkan Konstantinopel”. Pasukan muslim bergerak dengan tekad yang kuat membaja untuk menaklukkan Andalusia, dan mereka dapat menjalankan misi itu dengan sukses.[3]
Dalam proses penakhlukan Andalusia-Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah Eropa. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.[4] Adapun faktor-faktor yang mempermudah Andalusia jatuh ke tangan muslimin, antara lain:
a)      Besarnya semangat dan kuatnya tekad kaum muslimin untuk menyebarluaskan agama Islam di kalangan seluruh umat manusia dimana saja.
b)      Di Tanjah sudah terdapat 17.000 orang pasukan muslimin Berber di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
c)      Di istana kerajaan Goth terpecah menjadi dua golongan.[5]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyreania dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad, dan Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.[6]
B.     Perkembangan Islam di Eropa
Di Spanyol banyak kota-kota Islam yang masyhur dan menjadi pusat peradaban Islam seperti Sevilla, Cordova, Granada, Murcia dan Toledo. Yang terbesar adalah Cordova dan Granada.
1.      Cordova
Kota ini terletak di sebelah selatan lereng gunung Sierra de Cordova di tepi sungai Guadalquivir. Sebelum Spanyol ditaklukan oleh tantara Islam tahun 711 M, Cordova adalah ibu kota kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan ke Toledo. Di bawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Cordova yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali di masa kekuasaan Islam.[7]
Semasa pemerintahan Abdurrahman An Nashir (912-961 M), Abdurrahman III, Cordova diperindah dan diperluas, istana-istana kecil didirikan seperti al Mubarak, al Kamil, ar Roudah dan lain-lain. Sedang yang terindah adalah az Zahra. Pada masa ini terdapat pula Universitas Cordova. Universitas ini dijadikan satu dengan Masjid Cordova. Pada saat itu Cordova menjadi kota budaya di daratan Eropa. Cordova, Konstantinopel dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[8]
Tahun 1236 M, Cordova dirampas oleh Raja Alfonso VII dari Castilia, maka hilang pula pusat kebudayaan dunia di sebelah barat beserta masjid raya Cordova yang didirikan oleh amir-amir Umayyah di Andalusia, perpustakaan yang didirikan oleh Hakam II dengan buku- bukunya dari segala cabang ilmu. Kehilangan itu terus berlanjut kota demi kota, menyusul Sevilla, Malaga dan Granada. Akhirnya umat Islam beserta raja Bani Ahmar terakhir, Abu Abdullah harus terusir dari Andalusia.[9]
2.      Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai Genil di kaki gunung Sierra Nevada, berdekatan dengan pantai laut Mediterania (Laut Tengah). Granada semula adalah tempat tinggal orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah berada di tangan orang-orang Islam. Kota ini berada di bawah kekuasaan Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran tahun 1031, dalam jangka waktu 60 tahun Granada diperintah oleh dinasti setempat yaitu dinasti Ziridz. Setelah itu Granada jatuh ke bawah pemerintahan al-Murabithun, sebuah dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M. Al-Murabithun berkuasa di sana sampai tahun 1149 M. Pada masa pemerintahannya, banyak istana dibangun.
Pada abad ke-12, Granada menjadi kota terbesar kelima di Spanyol. Kota ini dikelilingi oleh tembok. Struktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa, terutama Arab, Barbar dan Spanyol yang menganut tiga agama besar yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Sejak abad ke-13 Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama kurang lebih 250 tahun. Pada masa inilah dibangun sebuah istana indah dan megah yang terkenal dengan nama istana al-Hambra, berarti merah. Batu-batu dan ornamen yang terdapat di dalamnya hampir seluruhnya berwarna merah. Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini terletak di sebelah timur al-Kazaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara yang mengitarinya. Pada masa pemerintah Muhammad V (1354-1392 M) Granda mencapi puncak kejayaanya, baik dalam arsitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-15 pemerintaha menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa Kristen, yaitu raja Ferdinand dan Isabella. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orang Islam diusir dari kota ini oleh Penguasa Kristen. [10]
Setelah kekuasaan orang-orang al Muwahhidin di Andalusia melemah, pemerintahan ini kembali terpecah-pecah menjadi pemerintahan-pemerintahan kecil yang lemah dan saling bertikai. Dimulai dari peristiwa pengkhianatan penguasa di Granada antara Abdullah Muhammad bin Ali (892-897 H) dengan Ferdinand. Granada jatuh pada tanggal 2 Janari 1492.[11] Dengan jatuhnya Granada ke tangan Ferdinand yang beragama Nasrani, Andalusia kemudian lepas selamanya dari tangan kaum muslimin. Setelah itu orang- orang Nasrani melakukan pemusnahan terhadap kaum muslimin dan melancarkan program kristenisasi untuk menghilangkan peradaban Islam yang telah berlangsung selama tujuh setengah abad di Andalusia.[12] Dan Andalusia memiliki sejumlah ulama cendikiawan muslim diantaranya Ali ibnu Hazm, Ibnu Khatib, dan Ibnu khaldun.[13]
Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode.
1.      Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
2.      Periode kedua (755-915 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M. Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3.      Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”. Umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.      Periode keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah tercepah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu  kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu sisi istana ke istana lain.
5.      Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan penguasa Islam.
6.      Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir  di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja, Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Issabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini. Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah abad lamanya.[14]
C.    Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia, dan perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan antropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang, mereka mendirikan sekolah dan universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (rebaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembnagnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung)pada abad ke-18 M.[15]
IV. KESIMPULAN
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad, dan Islam Spanyol telah berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya. Di Spanyol banyak kota-kota Islam yang masyhur dan menjadi pusat peradaban Islam seperti Sevilla, Cordova, Granada, Murcia dan Toledo. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia, dan perang Salib, tetapi Spanyol Islam menjadi saluran yang terpenting.
V.    PENUTUP
Demikian makalah tentang “Islam di Eropa”. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan keilmuan dan bagi pemakalah dalam rangka beramal jariyah. Pemakalah menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan maupun penyampaian, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat pemakalah harapkan demi tegaknya kebenaran dan menghindari mudharat yang ditimbulkan dari kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

al Usairy, Ahmad. 2008. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Aksara.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Lewis, Bernad. 1988. Muslim Menemukan Eropa Jakarta: Pustaka Firdaus.
Murad,  Musthafa. 2013.  Kisah Hidup Utsman bin Affan. Jakarta: Zaman.
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Media Group.
Shidqi, Amir Hasan. 1987.  Studies in Islamic History. Bandung: Al Ma’arif.
Thohir, Muhammad. 1981. Sejarah Islam dari Andalus sampai Indus. Jakarta: Penerbit Ikapi.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyyah II. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


 


[1] Bernad Lewis, Muslim Menemukan Eropa, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1988), hlm. 1.
[2] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 159.
[3] Musthafa Murad, Kisah Hidup Utsman bin Affan, (Jakarta: Zaman, 2013), hlm. 157.
[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 162.
[5] Muhammad Thohir, Sejarah Islam dari Andalus sampai Indus, (Jakarta: Penerbit Ikapi, 1981), hlm 249-250.
[6] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 164-165.
[7] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyyah II (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 291-293
[8] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Media Group, 2011), hlm. 188.
[9] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 185
[10] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyyah II (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 294-295
[11] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 184.
[12] Ahmad al Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Aksara, 2008), hlm. 345-347.
[13] Amir Hasan Shidqi, Studies in Islamic History, (Bandung: Al Ma’arif, 1987), hlm. 91-92.
[14] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 168-171.
[15] Dr, Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 108-110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar